28 November 2012

BERBUAT BAIKLAH KEPADAKU

Berbuat baiklah padaku
 
By : Abu Riyadl Nurcholis 

Dikisahkan bahwa seorang dari pedalaman Arab datang ingin menghadap Umar bin Khattab. Orang itu berharap Umar akan memberikan nasehat dan jalan keluar atas persoalan rumah tangga yang tengah dihadapinya. Ia membawa segudang pengaduan atas perilaku isterinya.

Berharap pula Umar sebagai khalifah mau memberi pelajaran kepada isterinya yang dinilainya sudah sangat keterlaluan. Sebagai suami ia merasa sudah tidak punya harga diri. Selalu saja menjadi objek omelan dan tajamnya lidah sang isteri.
Hingga sampai di muka pintu rumah khalifah Umar, pria itu ragu berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar sebab ia mendengar istri Umar bersuara keras pada suaminya dan membantahnya sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya.
Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata, "Jika begini keadaan Umar dengan sifat keras dan tegasnya dan ia seorang amirul mukminin, maka bagaimana dengan keadaanku ?".
Umar keluar dan ia melihat orang itu hendak berbalik dan pergi dari pintu rumahnya seraya memanggil pria itu dan berkata, "Apa keperluanmu wahai pria?"
"Wahai Amirul Mukminin, semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata, "Jika demikian keadaan amirul mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku ?"
Mendengar keluhan pria itu atas dirinya dan apa yang dialaminya sendiri, Umar berkata, "Wahai saudaraku. Sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku.
Dia yang memasakkan makananku, yang membuatkan rotiku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anaku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram(zina). Karena itu aku bersabar atas sikapnya".
Jawaban Umar membuat pria tercenung kemudian berkata : "Wahai Amirul Mukminin, demikian pula istriku".
”Karena itu, Bersabarlah atas sikapnya wahai saudaraku ..."


كتاب تنبيه الغافلين للسمرقندي المتوفى سنة 373 هـ ، فقال في ص 266
وممن ذكرها ابن حجر الهيتمي في كتابه الزواجر عن اقتراف الكبائر2/50 فقال :
القصة في كتاب ( نور الأبصار في مناقب آل بيت النبي الأخيار ) للشبلنجي المصري ( ص 115 ) قاله في فضائل عمر رضي الله عنه
ونقله منه باختصار الطنطاويان علي وناجي رحمهما الله في كتابهما : ( أخبار عمر )  ص 298


Sikap Nabi terhadap Isitri Istri beliau
Dan sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lainnya :
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ (رواه مسلم)
“Janganlah seorang laki-laki beriman membenci seorang wanita beriman, kalaula
h ada sikap yang ia tidak sukai dari wanita tersebut, karena (mesti) ada pula sikap lain dari wanita tersebut yang yang ia sukai.” (HR. Muslim).
Dan sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lainnya :
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا (متفق عليه)
“Nasehatilah para perempuan secara baik-baik. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya bagian yang paling bengkok pada tulang rusuk adalah yang paling atas. Seandainya kamu meluruskannya, akan mematahkannya. Kalaulah kamu membiarkannya, maka akan selalu bengkok. Nasehatilah para perempuan dengan baik-baik.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ (رواه الترمذي)
“Sebaik-baik kalian, (adalah) yang sikapnya terbaik terhadap perempuan-perempuan mereka (sendiri).” (HR. Tirmidzi).
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي (رواه ابن حبان)
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik dari kalian sikapnya kepada keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik dari kalian sikapnya kepada keluarga.” (HR. Ibnu Hibban)
Belum pernah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memukul seorang perempuan pun, sebagaimana yang dituturkan oleh ‘Aisyah ra. dalam riwayat Muslim. Bahkan sesungguhnya beliau bersikap keras terhadap orang-orang yang memukul perempuan-perempuan mereka. Beliau bersabda :
يَضْرِبُ أَحَدُكُمُ امْرَأَتَهُ ضَرْبَ الْعَبْدَ ثُمَّ يُعَانِقُهَا مِنْ آخِرِ النَّهَارِ (متفق عليه)
“Salah seorang dari kalian memukul perempuannya dengan pukulan kepada budak, kemudian ia memeluknya (baca: mengintiminya) di siang hari.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Jabir bertutur mengenai sikap Nabi kepada istrinya yang bernama Aisyah :
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً سَهْلاً إِذَا هَوِيَتْ الشَّيْءَ تَابَعَهَا عَلَيْهِ (رواه مسلم)
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang lelaki yang pengertian, jika (Aisyah) menghendaki sesuatu maka beliau mengikutinya.” (HR. Muslim).
Maka dimana orang-orang yang menyangka bahwa pemimpin (leader) itu adalah lelaki yang sanggup menolak semua yang dituntut oleh istrinya!!!!
Sekalipun itu mudah untuk dilakukan...!!
 Alangkah indahnya sikap yang pernah dituturkan oleh Aisyah rodhiallahu anha., bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyatakan kepadanya :
إِنِّي لأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى، قَالَتْ : مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ ، فَقَالَ : أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِينَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ ، قَالَتْ : أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ (متفق عليه)
“Sungguh aku mengetahui, saat-saat kamu senang kepadaku, dan saat-saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Darimana kamu mengetahui hal itu?”. Maka beliau menjawab, ((Adapun jika kamu sedang senang kepadaku maka kamu berkata, “Tidak, Demi Rabbnya Muhammad.” Sedang jika kamu sedang marah padaku, kamu berkata, “Tidak, demi Rabbnya Ibrahim”)). Aisyah bertutur, “Benar, Demi Allah. Wahai utusan Allah, tidaklah aku mengucilkan kecuali (hanya) pada namamu.”
Aisyah  menuturkan tentang baiknya akhlaq Rasulullah kpd dirinya :
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلْ اللَّحْمَ ، فَقَالَ لِلنَّاسِ : تَقَدَّمُوا ، ثُمَّ قَالَ لِي : تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ ، فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ ، فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَنَسِيتُ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ ، فَقَالَ لِلنَّاسِ : تَقَدَّمُوا ، ثُمَّ قَالَ : تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ ، فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي ، فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ : هَذِهِ بِتِلْكَ (رواه أبو داود)
“Aku pernah keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam beberapa perjalanan, sedang saat itu aku seorang wanita yang masih langsing. Maka beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para sahabatnya, ‘Majulah kalian semua.’ Kemudian berkata kepadaku, ‘Kemarilah hingga aku mengajakmu balapan lari.’ Maka aku dan beliau saling berusaha mendahului,  maka aku mampu memenangkannya, lalu beliau diam. Hingga suatu saat aku telah gemuk ada aku telah lupa kejadian yang dulu, aku ikut dalam suatu perjalanannya (yang lain), maka beliau berkata kepada para sahabatnya, ‘Majulah kalian semua.’ Kemudian dia berkata kepadaku, “Kemarilah (Aiysah), hingga aku dapat mengalahkanmu dalam.’ Selanjutnya aku dan dia berusaha untuk saling mendahului, maka beliau dapat mengalahkanu. Kemudian beliau tertawa dan berkata, ‘Ini untuk (balasan kekalahan) yang dulu.’ ((HR. Abu Daud).
Begitulah diantara sikap hangat Rasullullah sebagai contoh bagi kita kaum lelaki, penuh kelembutan, mesra dan kebahagiaan bersama istrinya.
Tunaikan Haknya niscaya Hakmu akan terpenuhi...