2 Desember 2012

KUMPULAN POSTINGAN DARI SAHABAT ILMU JILID - 1


✽Menjawab Salam Non Muslim✽


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



ﻻ ﺗﺒﺪﺀﻭﺍ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﻻ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑﺎﻟﺴﻼﻡ ﻓﺈﺫﺍ ﻟﻘﻴﺘﻢ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻓﻰ ﻃﺮﻳﻖ ﻓﺎﺿﻄﺮﻭﻩ ﺇﻟﻰ ﺃﺿﻴﻘﻪ



“Jangan kalian mengawali mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Jika kalian berjumpa salah seorang di antara mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.”

(HR Muslim: 2167)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



ﺇﺫﺍ ﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻓﻘﻮﻟﻮﺍ ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ



“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan wa ’alaikum’.”

(HR Bukhari: 6258, Muslim: 2163)


Anas bin Malik berkata, “Ada seorang Yahudi melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengucapkan "as-saamu ‘alaik" (CELAKA engkau).”



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas membalas ‘wa ‘alaik’ (engkau yang celaka).



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Apakah kalian mengetahui bahwa Yahudi tadi mengucapkan ‘assaamu ‘alaik’ (celaka engkau)?”

Para sahabat lantas berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kami membunuhnya saja?”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan..

Jika mereka mengucapkan salam pada kalian, maka ucapkanlah wa ‘alaikum’.”
(HR Bukhari: 6926)



Ibnu Hajar rahimahullah berkata,



“Hadits di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan menjawab salam orang muslim dan orang kafir.



Atho’ berkata, “Ayat (QS. An Nisa’: 86) hanya khusus bagi kaum muslimin.



Jadi tidak boleh menjawab salam orang kafir secara mutlak. Hadits di atas cukup menjadi alasan” (Fathul Bari, 11: 42)



Firman Allah yang dimaksud adalah,



ﻭﺇﺫﺍ ﺣﻴﻴﺘﻢ ﺑﺘﺤﻴﺔ ﻓﺤﻴﻮﺍ ﺑﺄﺣﺴﻦ ﻣﻨﻬﺎ ﺃﻭ ﺭﺩﻭﻫﺎ



“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan

yang serupa).” (QS. An Nisa’: 86).



*Keterangan:

Orang kafir yang dimaksud di sini adalah setiap non muslim, baik Yahudi, Nashrani, Majusi, Hindu, Budha dan lainnya.


Disarikan:

Sahabat Ilmu  22BC13B1


✽Penyesalan Penghuni Kubur Setelah Menjumpai Kematian



حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ 

ارْجِعُونِ ( ) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang KEMATIAN kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat AMAL SHALIH terhadap yang telah aku tinggalkan.



Sekali-kali tidak..

Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada DINDING sampai hari mereka dibangkitkan”
(QS al-Mukminun: 99-100)



✽Saat Pagi dan Sore Para Penghuni Kubur



إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِىِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهِلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهلِ الجَنَّةَ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْل النَّار يُقَالُ هََِذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَشَكَ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ



Apabila seseorang telah mati akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu PAGI dan SORE. 

Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di SURGA.
Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di NERAKA. 



Kemudian dikatakan kepadanya, 

“Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari Kiamat”
(HR Muslim:5110, Ahmad:5656, Mâlik:502)



✽Rasa Syukur dan Penyesalan Penghuni Kubur

لاَ يَدْ خُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلاَّ أُرِيَ مٌَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْ دَادَ شُكرْرًا وَلاَ يَدْ خُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ لَوْ أحْسَنَ لِيَكُوْن عَلَيْهِ حَسْرَةً


Tiada seorang pun masuk ke dalam SURGA kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka, seandainya ia  berbuat jelek, agar bertambah RASA SYUKURnya



Dan tidaklah seorang pun masuk  ke dalam NERAKA kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga, seandainya ia berbuat baik, agar semakin bertambah atasnya RASA PENYESALANnya”

(HR Bukhâri:6084)


*tempat kembali manakah yang kita persiapkan?



Sahabat Ilmu  22BC13B1



✽Keutamaan Shalat Seorang Wanita di Rumahnya✽



Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Humaid,



قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ…

وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى


”Aku telah mengetahui bahwa engkau senang sekali jika dapat shalat bersamaku..



(Namun ketahuilah bahwa) shalatmu di rumahmu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu.



Dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku.”



(HR Ahmad: 27135, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini Hasan)



Hadits ini menunjukkan keutamaan shalatnya wanita di rumahnya...



Padahal shalat di Masjid Nabawi mendapatkan pahala 1000 kali dari masjid lainnya. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap perintahkan ia shalat di rumahnya dan itu lebih baik untuknya.



Hadits yang menunjukkan besarnya ganjaran bagi orang yang sholat di masjid nabi adalah:



Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,



مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الصَّلَاةُ فِيهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا مَسْجِدَ الْكَعْبَةِ



“Barangsiapa shalat di masjid Rasulullah, maka sungguh aku pernah mendengar beliau  shallallahu'alaihi wasallam bersabda,



"Shalat di masjidku (masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain masjid Ka’bah (masjid yang di dalamnya terdapat Ka’bah)”



(HR Muslim:1396, an-Nasai: 691)



Walaupun demikian, Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa shalatnya seorang wanita itu lebih baik untuk dikerjakan dirumahnya...



Sungguh Islam menghormati dan menjaga kaum wanita dengan keutamaan yang besar.



Disebarluaskan:

Sahabat Ilmu 


✽Diantara Faidah Dzikir Pagi Petang✽



Dari Aban bin Utsman berkata,"Aku telah mendengar Utsman (yaitu Ibnu Affan) radhiyyallahu 'anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,



“Barangsiapa yang ketika memasuki waktu petang mengucapkan,

"بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ،
Dengan nama Allah Dzat yang dengan -menyebut- nama-Nya, sesuatu apapun yang ada di bumi dan di langit tidak bisa memberikan mudharat. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) 3 kali.



Niscaya dia tidak tertimpa musibah secara tiba-tiba sampai dia memasuki waktu pagi.



Dan barangsiapa yang mengucapkannya ketika memasuki waktu pagi tiga kali, niscaya dia tidak tertimpa musibah secara tiba-tiba sampai dia memasuki waktu petang.”



(periwat hadits) berkata: Aban bin Utsman tertimpa penyakit (sejenis stroke) maka lelaki yang mendengar hadits ini melihat kepadanya dengan seksama.



Dia pun bertanya kepadanya: Kenapa kamu melihatku begitu?



Demi Allah aku tidak berdusta atas Utsman, dan Utsman pun tidak berdusta atas Nabi. Akan tetapi yang menimpaku pada hari ini adalah aku marah dan aku lupa untuk mengucapkan doa itu.

(Shahih, HR Abu Daud: 5088, Tirmidzi: 3388, Ibnu Majah: 3869, Ahmad: 1/72, Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir Waziyadatuh 6426)


Faidah:

01. Keutamaan salah satu dzikir diatas, yakni terhindar dari musibah yang tiba-tiba.


02. Hendaknya disaat luang maupun sempit, kita senantiasa membasahi lisan dari berdzikir kepada Allah



03. Betapa marah dapat menutup akal seseorang sehingga melupakan berdzikir kepada Allah bahkan berbuat yang lebih buruk dari itu.



Disebarluaskan:

Sahabat Ilmu


✽Menjadi Pengayom Keluarga✽



Apabila di hari-hari kerja, kita disibukan aktivitas di luar rumah. Maka cobalah di hari libur kita bersenda gurau bersama keluarga, membantu istri maupun kegiatan bersama lainnya semisal ke tempat pengajian.



Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyyallahu 'anha pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu Aisyah menjawab

كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ


“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat”

(HR Bukhari: 676).


Dilain kesempatan diriwayatkan,

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”


Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?”



Aisyah menjawab,“Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember”

(HR Ahmad 6:167, Ibnu Hibban dalam Shahihnya: 5676. Dinyatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)


Lihatlah...

Di balik kesibukan berdakwah, mengurus umat bahkan memimpin negara, tak luput beliau shallallahu'alaihi wasallam mengerjakan pekerjaan keseharian di rumah bahkan membantu istri.


Maka selayaknya kita mengisi kegiatan di rumah bersama istri dan keluarga dengan penuh kehangatan.



Alangkah indahnya...



Atau mungkin kita lebih sibuk dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam...?



Disarikan:

Sahabat Ilmu