1 September 2014

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

* Antara Silaturrahim Dan Ziarah *

Makna silaturrahim berbeda dengan ziarah walau masing-masing memiliki keutamaan.

A. Keutamaan Silaturrahim

ﻣﻦ ﺳﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﺒﺴﻂ ﻟﻪ ﻓﻰ ﺭﺯﻗﻪ ، ﻭﺃﻥ ﻳﻨﺴﺄ ﻟﻪ ﻓﻰ ﺃﺛﺮﻩ، ﻓﻠﻴﺼﻞ ﺭﺣﻤﻪ

"Barangsiapa yang senang dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menyambung silaturrahim..." (HR. Bukhari: 5985, Muslim: 2557)

B. Hakikat

لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكَافىءِ وَلَكِنْ الَوَاصِلُ الَّذِي إِذَا انقَطَعَتْ رَحِمَهُ وَصَلَهَا

"Bukanlah menyambung silaturrahim orang yang membalas perbuatan yang sepadan.

Namun dikatakan menyambung silaturrahim yaitu orang yang berusaha menyambungnya saat sebelumnya diputus oleh orang lain..." (HR Bukhari: 5991)

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,

"Silaturrahim adalah kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab, baik mewarisi maupun tidak, mahram ataupun tidak..." (Fathul Bari, 10/414)

Adapun mengunjungi kawan, rekan sejawat, teman pengajian maka disebut Ziarah (berkunjung).

Walau masyarakat umum, mengidentikan ziarah dengan mengunjungi kuburan.

C. Keutamaan Ziarah

Kisah tentang seseorang yang hendak mengunjungi saudaranya di kota lain. Lalu Allah mengutus malaikat untuk menemuinya di jalan yang akan dilalui.

Setelah ditanyakan sebab-sebab duniawi tentang alasan kunjungannya dia menjawab,

"Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah.

Malaikat itu berkata,"Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. Allah sungguh mencintaimu karena kecintaanmu padanya...” (HR Muslim: 2567)

Dalam hadits Qudsi,

..وحقّت محبّتى للمتزاورين فىّ..
وحقّت محبّتى للمتصادقين فىّ والمتواصلِين

“...Sungguh Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karenaKu.

Sungguh aku mencintai orang yang saling bersedekah karenaKu demikian pula yang saling menyambung tali silaturrahim karenaKu..” (Shahih, HR Ahmad 5/229)

Maka sempatkanlah bersilaturrahim maupun berziarah.

Apabila belum sempat bertatap muka, setidaknya melalui sms, telepon, atau semisalnya.

Tentunya dengan mendasari perbuatan tersebut karena Allah semata.

-----------------

* Bangkrut *

Apabila di dunia saja kita berusaha menghindari kebangkrutan.

Tentu kelak di akhirat kita tidak ingin mengalami kebangkrutan.

Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam bersabda,

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟

“Tahukah kalian apakah orang yang bangkrut itu...?”

para sahabat berkata,

الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ

“Orang yang bangkrut diantara kami adalah dia yang tidak memiliki dirham dan tidak mempunyai perbendaharaan...”

Maka Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam menjelaskan,

إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكاَةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا

“Orang yang bangkrut dari umatku yaitu orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat.

Dia datang dan dahulu mencela, menuduh, memakan harta seseorang, menumpahkan darah, dan memukul seseorang.

فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

"Maka diambil ganjaran kebaikan-kebaikannya dan dibagikan kepada si fulan dan si fulan (yang di dzhalimi).

Jika ganjaran kebaikannya telah habis sebelum tuntas menebus perbuatan dzalimnya, maka diambil kesalahan-kesalahan mereka (yang di dzhalimi) lalu ditimpakan kepadanya kemudian ia dilemparkan ke neraka...”

(HR Muslim: 2581)

Sungguh...

Kerugian berkepanjangan...
Penyesalan tak berujung...

Mari perbaiki, selama kita masih berkesempatan menyelesaikan semuanya di dunia ini.

-------------------

* Bangun Tidur *

Masih bisa membaca postingan ini...? Bersyukurlah.

Sebab kita baru saja bangkit dari "kematian"

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

“Allah mewafatkan jiwa (orang) ketika matinya dan (mewafatkan) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya.

Maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya (sehingga tidak bangun dari tidurnya) dan Dia melepaskan jiwa yang lain hingga waktu yang ditetapkan” (QS. Az-Zumar: 42)

Bukankah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam (dan kita juga) apabila beranjak tidur membaca:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

“Dengan menyebut namaMu Ya Allah aku mati dan hidup..."

dan apabila bangun dari tidur berucap:

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji hanya milik Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami. Dan kepadaNya tempat kembali...” (HR al-Bukhari: 6324, Muslim: 2711)

Pergunakan kesempatan bangun dari "kematian" sebelum saat kematian yang sesungguhnya mendatangi kita.

-------------------

* Bantu Hutang *

Hutang piutang, perkara yang kerap ditemui dalam kehidupan kita.

Hendaklah saat memberikan hutang dilandasi semangat membantu kesulitan saudaranya sesama muslim.

A. Allah Bantu.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam,

مَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ

“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya maka Allah akan membantu keperluannya...” (HR Bukhari: 2442, Muslim: 2580)

Karena orang hendak berhutang, adalah orang yang membutuhkan bantuan.

B. Separuh Sedekah.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

إنَّ السََّلَفَ يَجْرِي مَجْرَى شَطْرِ الصَّدَقَةِ

“Sesungguhnya memberikan hutang seperti kedudukan setengah sedekah.”
(Shahih, HR Ahmad, Abu Ya’la, as-Shahiihah: 1553)

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata saat menjelaskan hadits diatas,

“Walaupun menghutangkan kepada saudara muslim memiliki keutamaan yang sangat mulia, tetapi perkara ini hampir hilang dari kaum muslimin.

Nyaris engkau tidak menemukan orang yang menghutangkan sesuatu kepadamu, melainkan dengan ganjaran berupa tambahan harga.

Maka jarang sekali engkau mendapatkan seorang pedagang yang menjual kepada dengan satu harga, baik engkau beli secara kontan maupun dengan kredit (tempo).

Sebagian besar pedagang akan menaikkan harga apabila engkau membeli secara kredit...”

-------------

* Bantulah Si Lemah, Doa Tulus Diterima *

Doa si "lemah" merupakan bantuan pertolongan dan pembuka pintu rizki bagi kita.

Lemah dalam artian kaum fakir, miskin, tertimpa kesedihan dan penderitaan serta semisalnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ؟

“Bukankah kalian ditolong (dimenangkan) serta diberi rizki melainkan dengan sebab orang lemah di antara kalian...?" (HR al-Bukhari: 2896)

Dalam riwayat lain dijelaskan,

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ

"Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan bantuan orang lemah diantara mereka,

Yaitu melalui doa, shalat, dan keikhlasan mereka..." (HR an-Nasa'i: 3178, ash-Shahihah: 2/409 al-Albani)

Sebab pertolongan Allah melalui si "lemah" bukan melalui zat fisik dan kedudukan mereka.

Namun melalui ungkapan terima kasih dan ketulusan doa..

Akan berbeda ketulusan doa dari mereka yang sangat membutuhkan uluran tangan dengan sebagian lainnya yang telah berkecukupan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

"Boleh jadi engkau tertidur tetapi puluhan doa naik ke langit untukmu.

Dari si fakir yang pernah engkau tolong...

Dari si lapar yang pernah engkau beri makan...

Dari si sedih yang pernah engkau hibur...

Dari si miskin yang pernah engkau bantu..."

Bila kita tak mampu membantu si lemah, maka jangan pernah mencibir dan mencela mereka...

----------------

* Banyak Ceramah Sedikit Ilmu *

Mengapa jaman para sahabat radhiyallahu 'anhum jauh lebih baik dari kita...?

Selain karena mereka langsung mendapat bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui ayat-ayat al-Qur'an yang turun langsung dan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Diantaranya juga sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang disampaikan kepada para sahabat,

إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ.

“Sesungguhnya kalian hidup di jaman yang:
✓ banyak ulama dan sedikit penceramah,
✓ sedikit peminta-minta dan banyak yang memberi (dermawan),

pada saat itu, beramal lebih baik dari berilmu.

وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ.


Dan akan datang suatu jaman yang:
✓ sedikit ulama dan banyak penceramah,
✓ banyak peminta-minta dan yang sedikit yang memberi,

pada saat itu, berilmu lebih baik dari beramal....”

(HR ath-Thabrani Mu’jam Kabir, as-Silsilah ash-shahihah: 3189 al-Albani)

Jadilah orang yang memberi tanpa harus diminta serta senantiasa haus akan ilmu.

Sebab pada jaman ini, berilmu lebih baik dari beramal. Maka jangan sampai beramal (bahkan menyebarluaskan) sesuatu tanpa dasar ilmu.

------------------

* Banyak Ceramah Sedikit Ilmu *

Mengapa jaman para sahabat radhiyallahu 'anhum jauh lebih baik dari kita...?

Selain karena mereka langsung mendapat bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui ayat-ayat al-Qur'an yang turun langsung dan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Diantaranya juga sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang disampaikan kepada para sahabat,

إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ.

“Sesungguhnya kalian hidup di jaman yang:
✓ banyak ulama dan sedikit penceramah,
✓ sedikit peminta-minta dan banyak yang memberi (dermawan),

pada saat itu, beramal lebih baik dari berilmu.

وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ.


Dan akan datang suatu jaman yang:
✓ sedikit ulama dan banyak penceramah,
✓ banyak peminta-minta dan yang sedikit yang memberi,

pada saat itu, berilmu lebih baik dari beramal....”

(HR ath-Thabrani Mu’jam Kabir, as-Silsilah ash-shahihah: 3189 al-Albani)

Jadilah orang yang memberi tanpa harus diminta serta senantiasa haus akan ilmu.

Sebab pada jaman ini, berilmu lebih baik dari beramal. Maka jangan sampai beramal (bahkan menyebarluaskan) sesuatu tanpa dasar ilmu.

---------------

* Barang Haram Bukan Obat *

Didapatkan dari kaum Muslimin berobat dengan barang haram.
Bolehkah..?!

A. Sejatinya Penyakit.
Tidak boleh berobat dengan khamr dan barang haram lainnya.

Thariq bin Suwaid Al-Ju’fiy radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang khamr. Beliau pun melarang khamr.

Kemudian Thariq berkata:
“Saya hanya menggunakannya sebagai obat”

Beliau bersabda,

.إنه ليس بدواء ولكنه داء

“Sesungguhnya ia bukanlah obat justru merupakan penyakit...” (HR Ahmad, Muslim Kitab Asyribah:12)

B. Setiap Penyakit Ada Obatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله أنزل الداء وأنزل الدواء وجعل لكل داء دواء فتداووا ولا تداووا بحرام

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya. Dan Allah menjadikan ada obat untuk setiap penyakit.

Maka berobatlah dan jangan berobat dengan perkara haram...!” (HR Abu Dawud Kitab Thibb: 3874)

Obat penyakit terkadang diketahui sebagian orang, namun tidak diketahui oleh lainnya.

Adakalanya ada syarat kesembuhan yang tidak terpenuhi (si sakit) atau adanya penghalang.

Satu yang harus dan pasti...
Jagalah diri dari perkara haram, baik haram zatnya maupun haram cara memperolehnya.

-----------------

* Barang Palsu *

Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bermuamalah dan berjual beli.

Islam pun menjaga kemuliaan akal dan hasil usaha pemikiran, karena itu hak cipta dilindungi.

A. Cara Batil.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar saling suka diantara kalian..." (QS. An-Nisa': 29)

Termasuk harta berharga seseorang adalah hasil pemikirannya yang diwujudkan dalam produk tertentu, semisal: desain, merk, dan lainnya.

B. Menipu Orang Lain.

Bukankah ia tidak ingin bila karyanya dibajak orang...?

Tidakkah ia benci saat mendapatkan barang ternyata palsu, bukan seperti yang diangankan..?

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memperingatkan,
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي

"Barangsiapa yang menipu maka dia bukan dari golonganku...” (HR. Muslim: 102)

Barang palsu dan bajakan pada asalnya adalah penipuan keji.

Wajib bagi kita menghindari...

Ingat....
Harta kita ditanya dari dua arah: darimana diperoleh dan kemana dihabiskan...

Jangan abaikan barakah harta.

-------------------

* Batas hari Jum'at adalah hingga matahari terbenam *

gembira di hari raya boleh saja...
kumpul bersama keluarga tidak mengapa...

Namun jangan lupa, sunnah-sunnah di hari Jum'at.
Membaca surat al-Kahfi, berdoa setelah Ashr dan perbanyak shalawat...

Mari manfaatkan waktu yang tersisa...

Jangan sampai asyik mereguk nikmat Allah tapi lupa bersyukur padaNya.

----------------

* Batas Kesabaran *

Termasuk faidah diutusnya Rasul dari kalangan manusia adalah agar kita mencontoh.

Bila diutus dari kalangan malaikat, mungkin sebagian kita akan berkilah,

"Aah.. terang aja itu khan malaikat, bukan manusia..."

Demikian pula perihal kesabaran, maka tirulah sabarnya para Rasul.

A. Arab Badui.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bertutur,

"Suatu ketika aku pernah berjalan beriringan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pada saat itu mengenakan selendang tebal lagi kasar dari Najran.

"Tak lama kemudian, seorang Arab Badui datang dan menarik beliau dengan sangat keras sampai-sampai terlihat bekas tarikan itu di pundak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang Badui itu berkata,

مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ

“Berikanlah padaku harta Allah yang berada padamu...”

Lalu beliau memandang Arab Badui itu seraya tertawa.

Kemudian beliau memberikan sesuatu kepada orang itu...” (HR. al-Bukhari: 5809, Muslim: 1057)

B. Doakan.

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami beratnya penderitaan atas ujian yang beliau dakwahkan kepada suatu kaum.

Maka malaikat gunung memanggil, memberi salam kepada beliau dan berkata,

يَا مُحَمَّدُ...  إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ

“Wahai Muhammad.. Jika engkau menghendaki, akan aku timpakan kepada mereka dua gunung Akhsyab”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Jangan, bahkan aku berharap kelak Allah akan mengeluarkan dari anak keturunan mereka, orang yang memurnikan penyembahan Allah semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun...”

(HR. Al-Bukhari: 2312, Muslim: 1795)

Tatkala seseorang berucap bahwa sabar ada batasnya, maka sesungguhnya pada saat yang sama ia pun sebenarnya tidak tahu dimanakah batas kesabaran itu...

----------------

* Batas Waktu Tidur *

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

"Empat perkara yang dapat membuat hati menjadi keras:

1. Berlebihan dalam berbicara.

2. Berlebihan dalam makan.

3. Berlebihan dalam tidur.

4. Berlebihan dalam bergaul.

(Fawaidul Fawaid: 262)

Ibnu Jama'ah rahimahullah tatkala menjelaskan tentang adab penuntut ilmu berkata,

"Hendahlah menyedikitkan tidur selama tidak mendatangkan keburukan pada badan dan otak.

Jangan menambah waktu tidur melebihi delapan jam, yakni sepertiga waktunya dalam sehari.

Bila memungkinkan untuk bisa tidur kurang dari waktu tersebut, maka lakukanlah..."

(Tadzkiratus Sami' : 124-125)

Perhatikan baik-baik kebutuhan waktu tidur kita.

Kurangnya membawa keburukan bagi badan...

berlebihnya membuat jiwa lemas dan hati pun mengeras...

-----------------

* Bayarlah Hutang (Puasa) Terlebih Dahulu *

Hendak bersedekah namun memiliki hutang yang harus dilunasi, maka bayarlah terlebih dahulu.

Ingin membagi warisan, tetapi sang mayit mempunyai hutang maka bayarlah terlebih dahulu.

Demikian pula dengan berpuasa.

Sebelum melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawwal, seyogyanya menyelesaikan qadha' hutang puasa yang tertunda.

A. Wajib Dibayar.

Tatkala seseorang menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah wafat dan ia masih berhutang sebulan puasa.

Haruskan aku membayarkan
qadha’ pengganti puasa atas diri ibuku...?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا. قَالَ نَعَمْ

“Bila saja ibumu memiliki hutang, akankah engkau melunasinya...?”

“Iya tentu..” jawabnya

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

“Hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi...” (HR. al-Bukhari: 1953, Muslim: 1148)

B. Beriringan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia laksana berpuasa setahun penuh..." (HR Muslim: 1164)

Disebutkan berpuasa (penuh) Ramadhan kemudian diikuti puasa Syawwal.

Bukan "sebagian" puasa Ramadhan lalu berlanjut puasa Syawwal.

Maka dahulukan yang wajib barulah yang sunnah.

• Puasa Syawwal:

✓selesaikan dulu hutang puasa Ramadhan bila ada

✓boleh berurutan, berselang pun tidak mengapa

Meski demikian, ada ulama' yang membolehkan mendahulukan berpuasa Syawwal baru kemudian membayar hutang puasa Ramadhan.

Diantaranya sebab "sempitnya" waktu Syawwal.

Wallahu a'lam...

Bila di saat Ramadhan mudah diri ini berpuasa, mengapa ketika Syawwal berat untuk kita melaksanakannya...?!
* Bayarlah Hutang (Puasa) Terlebih Dahulu *

Hendak bersedekah namun memiliki hutang yang harus dilunasi, maka bayarlah terlebih dahulu.

Ingin membagi warisan, tetapi sang mayit mempunyai hutang maka bayarlah terlebih dahulu.

Demikian pula dengan berpuasa.

Sebelum melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawwal, seyogyanya menyelesaikan qadha' hutang puasa yang tertunda.

A. Wajib Dibayar.

Tatkala seseorang menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah wafat dan ia masih berhutang sebulan puasa.

Haruskan aku membayarkan
qadha’ pengganti puasa atas diri ibuku...?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا. قَالَ نَعَمْ

“Bila saja ibumu memiliki hutang, akankah engkau melunasinya...?”

“Iya tentu..” jawabnya

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

“Hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi...” (HR. al-Bukhari: 1953, Muslim: 1148)

B. Beriringan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia laksana berpuasa setahun penuh..." (HR Muslim: 1164)

Disebutkan berpuasa (penuh) Ramadhan kemudian diikuti puasa Syawwal.

Bukan "sebagian" puasa Ramadhan lalu berlanjut puasa Syawwal.

Maka dahulukan yang wajib barulah yang sunnah.

• Puasa Syawwal:

✓selesaikan dulu hutang puasa Ramadhan bila ada

✓boleh berurutan, berselang pun tidak mengapa

Meski demikian, ada ulama' yang membolehkan mendahulukan berpuasa Syawwal baru kemudian membayar hutang puasa Ramadhan.

Diantaranya sebab "sempitnya" waktu Syawwal.

Wallahu a'lam...

Bila di saat Ramadhan mudah diri ini berpuasa, mengapa ketika Syawwal berat untuk kita melaksanakannya...?!

---------------

* Beberapa Catatan Yang Berkenaan Dengan Udhhiyah (hewan kurban) *

1. Bilamana seseorang menyembelih udhhiyah, maka amalan itu telah mencakup pula seluruh anggota  keluarganya.

2. Boleh bergabung tujuh orang pada satu udhiyah yang berupa unta atau sapi.

3. Diperbolehkan bagi yang berkurban untuk memakan sebagian dari daging sembihan kurbannya. Dan dianjurkan untuk membagikan udhhiyah kepada sanak saudara, tetangga dan fakir miskin.

4. Diperbolehkan untuk memindahkan hewan kurban ke tempat atau ke negeri lain selama tidak ada kerusakan yang timbul karenanya.

5. Tidak diperbolehkan menjual kulit dan daging sembelihan.

6. Tidak boleh memberikan kepada penjagal (tukang sembelih) upah dengan daging tersebut dan apabila hendak memberi upah hendaknya memberi upah dari selainnya.

7. Dianjurkan bagi yang mampu untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya.

8. Barang siapa yang bermaksud untuk berkurban maka dilarang baginya memotong kuku dan rambutnya atau bulu yang melekat di badannya sejak masuk tanggal 1 Dzul Hijjah.
Namun jika ia memotongnya, maka tidak ada kaffarah (denda) baginya, namun hendaknya ia beristigfar kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan hal ini tidak menghalanginya untuk berkurban. Larangan tersebut khusus bagi pemilik hewan sembelihan tidak termasuk keluarganya baik istri maupun anak, kecuali jika salah satu dari mereka memiliki kurban lain tersendiri, dan tidak mengapa membasuh kepala atau menggaruknya meskipun hal itu menyebabkan beberapa helai rambut tercabut.

9. Hendaknya menyembelih dengan pisau, parang (atau sejenisnya) yang telah dipastikan tajam agar tidak menyiksa hewan sembelihan.

10. Seorang wanita boleh menyembelih hewan kurban.

Sumber:

"Meraih Bahagia di Dua Bulan Mulia, Ramadhan Dan Dzulijjah"

Buku Gratis, dibagikan cuma-cuma.

buah pena: Ust Rizal Yuliar, Lc (alumnus Univ Islam Madinah, jurusan hadits)

-----------------

* Beda Alhamdu Dan Asy-Syukru *

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

"Alhamdu (pujian) mengandung makna sanjungan kepada orang yang dipuji dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya, baik dia pernah berbuat baik kepada orang yang memuji maupun tidak.

Sedangkan asy-syukru tidaklah dilakukan kecuali disebabkan kebaikan orang yang diucapkan syukur padanya.

Maka alhamdu lebih umum dari asy-syukru, karena ia dilakukan atas kebaikan yang terjadi tanpa dikehendaki maupun perbuatan baik yang dilakukan dengan pilihan kehendak.

Karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa terpuji atas segala sesuatu...."

(Fiqhul Ad'iyyah wal Adzkar Syaikh Abdurrozzaq al-Badr)

Pemilahan kata yang menakjubkan...

Sungguh indah Bahasa Arab, bahasa yang digunakan dalam al-Qur'an.

Yuks bersemangat mempelajari Bahasa Arab agar lebih memahami dan merasakan keindahan Agama Islam.

------------------

* Beda Iblis Dan Setan *

Tahukah kita apakah perbedaan iblis dan setan...?

A. Iblis

Allah 'Azza wa Jalla telah menegaskan bahwa iblis berasal dari golongan jin dalam firmannya,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam!"

Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya” (QS al-Kahfi: 50)

Iblis itu pemuka setan.

B. Setan.

Adapun setan, bisa terdiri dari golongan jin dan juga manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ...

“Dan demikianlah bagi setiap nabi Kami menjadikan musuh, yang terdiri dari setan (jenis) manusia dan jin..." (QS al-An’am: 112)

"Allah menjadikan setan berasal dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan setiap yang durhaka dikatakan sebagai setan, karena akhlak dan amalannya menyelisihi akhlak dan amalan makhluk sejenis, dan disebabkan jauhnya dia dari kebaikan.." (Tafsir Ibnu Jarir: 1/49)

"Syaithan adalah semua yang keluar darinya perangai keburukan..." (Tafsir Ibnu Katsir: 2/127)

Ayat serupa yang menerangkan bahwa setan terdiri dari jenis jin dan manusia dapat dijumpai dalam surat an-Naas.

Karena iblis dan bala tentaranya merupakan musuh yang nyata, maka mari kita lawan jangan malah dijadikan kawan.

Kita khan pasti tidak ingin menemani iblis di neraka...?

-----------------

* Beginilah Mereka Merusak Islam *

Banyak cara dari musuh-musuh Islam dalam merusak Agama ini. Diantaranya dengan menyebarkan hadits-hadits palsu.

A. Zindiq (orang yang berpura-pura ber-Islam)

"Ketika Ibnul Awjaa' (zindiq) ditangkap dan hendak dipenggal kepalanya oleh pemimpin Basrah, dia berkata:

"Aku telah membuat hadits palsu di tengah-tengah kalian sebanyak 4.000 hadits. Aku haramkan di dalamnya sesuatu yang halal, dan aku halalkan sesuatu yang haram..."

B. Hawa Nafsu Yang Menyimpang

Ibnu Yazid Al-Muqriy (guru Imam Malik) menceritakan,

”Sesungguhnya ada seorang
lelaki yang menyimpang dari ajaran Islam kemudian rujuk (kembali sadar) dari penyimpangannya berkata:

”Perhatikanlah hadits itu dari siapa kamu mengambilnya...!

Karena sesunggunya kami dahulu apabila berpendapat dengan satu pendapat, maka kami jadikan pendapat kami itu sebagai satu hadits (yakni kami palsukan menjadi hadits)...”

Dan banyak lagi pengakuan dari mereka yang telah memalsukan hadits Nabi.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Walhamdulillah, senantiasa ada para ulama' ahli hadits yang memilah dan memilih hadits yang shahih dari yang lemah dan palsu.

Bagi Anda yang hendak membaca kumpulan hadits shahih, yang termudah dapat merujuk kepada Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Atau kitab yang mengumpulkan hadits pada keduanya, diantaranya "al-Lu'lu wal Marjan"

Seluruh kitab di atas telah ada terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

-----------------

* Bekal Bepergian *

Libur panjang, hendak bepergian...?

Barang apa saja yang akan kita bawa...?

Pakaian sesuai kebutuhan...
Peralatan kebersihan diri seperlunya...

Kita tak akan membawa kulkas, dispenser, dan perabot rumah.

Tentu berharap seringkas mungkin.

Karena kita tahu, bepergian kita hanya sementara dan (berharap) kembali ke rumah asal.

A. Layaknya Orang Bepergian.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ, أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Hiduplah engkau di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau orang bepergian...” (HR. al-Bukhari: 6416)

Demikian halnya kehidupan kita di dunia. Kelak kita pun akan kembali ke rumah abadi di akhirat.

B. Bekal Amal.

Sebagai bekal perjalanan, mana yang kita pilih, membawa setumpuk uang atau cukup kartu ATM...?

Hendaklah demikian pula kita bersikap dalam mengumpulkan bekal di dunia ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Tiga perkara yang akan mengikuti mayat (ke kubur): keluarga, harta, dan amalnya.

Maka akan kembali dua dan menetap bersamanya satu.

Keluarga dan hartanya akan kembali (meninggalkannya) dan menetap bersamanya hanyalah amal...”

(HR. al-Bukhari, Muslim)

Bawalah seperlunya dan yang bermanfaat saja 'tuk bekal akhirat.

Amal shalih yang berlandaskan ilmu.

---------------

* Bekal Haji *

Tatkala hendak berhaji, kaum muslimin yang melaksanakan, pasti mempersiapkan bekal.

Ada yang berupa aneka makanan, pakaian, dan lainnya.

A. Takwa Sebaik-baik Bekal.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

الْحَجُّ أَشْهُرُُ مَّعْلُومَاتُُ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ

Berbekal-lah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu wahai orang-orang yang berakal" (QS Al-Baqarah: 197)

B. Berlipat Ganda Pahala Dan Dosa.

Sebagai penjelas firman Allah,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi.
Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian mendzahalimi diri dalam bulan yang empat itu” (QS. At Taubah: 36)

Ibnu ’Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata,

”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, sebagai bulan suci.

Melakukan maksiat pada bulan haram tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan shalih yang dilakukan didalamnya akan menuai pahala lebih banyak...” (Lathaiful Ma’arif: 207)

Di Bulan Haram (Dzulhijjah) dan di Dua Tanah Haram (Makkah Madinah)

Sebagaimana ganjaran amalan kebajikan dilipatgandakan, balasan perbuatan buruk pun lebih besar dosanya.

Jangan diremehkan...!!

---------------

* Bekal Safar Secara Benar *

Berikut beberapa "bekal" berupa doa dan perihal lainnya bagi Anda yang akan maupun sedang bepergian (safar).

A. Bekal Safar.

Anas radhiyallahu’anhu berkata, "Seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, saya hendak safar. Berilah saya bekal”

Beliau menjawab,

زودك الله التقوى

“Zawwadakallahut taqwa (semoga  Allah membekalimu takwa)”

Lalu dia berkata, “Tambahkan lagi bekal untukku.” Beliau menjawab,

وغفر ذنبك

“Wa ghafara dzanbaka (semoga Allah mengampuni dosamu)”

Dia berkata lagi,“Tambahkan lagi bekal untukku, Ayah dan Ibuku sebagai tebusan bagimu”

Beliau menjawab,

ويسر لك الخير حيثما كنت

“Wa yassara lakal khayra haitsuma kunta" (semoga Allah senantiasa memudahkan kebaikan untukmu di mana pun engkau berada)”
(HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Hibban, Shahihul Jami': 3579)

Sungguh bekal yang indah. Sebaik-baik bekal adalah takwa, menjaga diri di perjalanan.

B. Doa Saat Berpisah,
yaitu sebelum melaksanakan safar.

Qoza'ah berkata, Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma berkata kepadaku, “Kemarilah, akan kulepas kepergianmu sebagaimana saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas kepergianku (dengan doa)

ﺃﺳﺘﻮﺩﻉ ﺍﻟﻠﻪ ﺩﻳﻨﻚ ﻭﺃﻣﺎﻧﺘﻚ ﻭﺧﻮﺍﺗﻴﻢ ﻋﻤﻠﻚ

"Astaudi’ullaha diinaka wa amaanataka wa khawaatima ‘amalik"
(Aku titipkan kepada Allah pemeliharaan agamamu, amanatmu, dan akhir penutup amalmu)”
(HR. Abu Dawud, Shahih Sunan Abu Dawud: 7/353)

C. Doa Apabila Singgah di Suatu Tempat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia berdoa:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan makhluk yang Engkau ciptakan”

(maka) tidak akan ada sesuatupun yang dapat memudharatkan hingga ia berlalu dari tempat tersebut” (HR Muslim)

Semoga Allah senantiasa menaungi perjalanan Anda dan kembali ke rumah dalam limpahan rahmat dan barakahNya..

----------------

* Bekal Ujian Sekolah Tuk Buah Hatiku *

Wahai buah hati Bunda...

Berbekallah dalam menjalani Ujian sekolah dengan bekal takwa. Bila engkau bersungguh-sungguh, niscaya Allah membantumu.

Duhai penyejuk mata Ayah...

Jujurlah dalam mengerjakan soal. Jangan kau buat jiwamu gelisah, sebab itulah tanda dosa.

الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Dosa adalah sesuatu yang membuat resah jiwa dan engkau tidak suka jika hal itu diketahui oleh orang lain...” (HR Muslim: 4633)

Ketahuilah, wahai belahan hatiku...
Ilmu itu adalah apa yang ada di dada, bukan nilai ujian semata.

Apalah gunanya mendapat nilai baik dari hasil kecurangan, namun kemudian dikeluarkan dari golongan Nabi kita nan mulia, Muhammad shallallahu'alaihi wasallam

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barangsiapa yang berbuat curang, maka ia bukan termasuk golongan kami...” (HR Muslim:146).

Camkanlah bagimu duhai darah dagingku...

Bila berdusta saat ujian, maka nilai yang engkau peroleh merupakan persaksian palsu.

Selama nilai itu tercantum dalam raportmu, kedustaan itu senantiasa melekat.

Panutan kita, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengingatkan,

“Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar...?”

-beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali-

الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ

“Berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, persaksian palsu atau perkataan dusta..” (HR. Muslim: 126)

Dan bisa jadi, saat nilai itu kelak kau bawa dalam mencari kerja. Engkau termasuk memakan dari jalan haram.

Hingga darah dan daging pun akan mengalir perkara haram.

Doa tertolak, barakah lenyap, tiada lagi rahmat Allah yang hinggap.

Jauhi berbuat curang ya Nak...!!

------------------

* Belajar Nasab & Bersilaturrahim *

Apakah kita mengetahui silsilah nasab keluarga...?

Hingga berapa jalur ke atas dan ke bawah...?

Alih-alih sibuk bekerja dan merantau, hingga nasab pun tak lagi terpantau.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

تَعَلَّمُوْا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُوْنَ بِهِ اَرْحَامَكُمْ، فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِيْ الأْهْلِ، مُشَرَّاةٌ فِيْ الْمَالِ، مُنْسَأَةٌ فِيْ الْعُمْرِ

"Pelajarilah nasab-nasab kalian agar dapat menyambung silaturrahim.

Karena sesungguhnya silaturrahim menimbulkan kecintaan terhadap keluarga, menjadi sebab banyaknya harta dan bertambahnya usia..."

(Shahih at-Tirmidzi: 2/190 Al-Albani)

Agar kita mengetahui siapa mahram kita...

Supaya tidak terluput karib keluarga 'tuk dikunjungi juga...

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ، وَيُنْسَاَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ

"Barangsiapa yang suka dilapangkan rizki dan dipanjangkan usia, hendaklah ia menyambung silaturrahim..." (HR Bukhari: 5986)

Yuks kunjungi karib keluarga...

---------------

* Belenggu Setan Di Bulan Ramadhan, Mengapa Masih Ada Maksiat..? *

Mungkin itu yang terlintas di benak kita,

Padahal Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ ، وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِين


"Apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu jahanam ditutup, dan setan-setan dibelenggu..." (HR. Bukhari: 2277, Muslim: 1079)

Dalam riwayat lain disebutkan,

وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ

'Dan setan pembangkang diikat' (HR an-Nasa'i: 2106)

Beberapa penjelasan atas makna "setan dibelenggu" diantaranya:

1. Kemampuan setan berkurang dalam menggoda hamba yang berpuasa apabila dia memperhatikan syarat-syarat dan adab-adabnya

2. Yang diikat adalah setan pembangkang, bukan seluruh setan.

3. Bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan bukan seluruhnya, sebagaimana sebagian riwayat hadits.

4. Bukan berarti tidak ada pengaruh setan sama sekali, namun pengaruh setan menjadi lemah dan tidak mampu melakukan seperti di luar Ramadhan.

5. Bila pun seluruh setan diikat, bukan berarti tidak akan terjadi keburukan dan kemaksiatan. Sebab dapat saja terjadi dari selain setan, seperti keburukan jiwa, kebiasaan jelek atau sebab setan dari jenis manusia...." (Fathul Bari, Ibnu Hajar rahimahullah)

Layaklah bila dikatakan,

“Tatkala setan telah dibelenggu dari menggoda manusia, maka jangan lagi kalian menjadikan setan sebagai alasan tatkala meninggalkan ketaatan dan
melakukan kemaksiatan...“