1 September 2014

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

* Benar Sejak Awal Hingga Akhir *

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

”Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya..."
(HR. Bukhari: 1, 54; Muslim: 1908)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِخَوَاتِيْمِهَا

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya.."
(HR. Bukhari:6493, Muslim:112)

Maka perbuatan itu harus benar sejak dari awal (niat), tengah (pelaksanaan) dan akhir (takabur).

Jauhilah berbagai penyakit hati berupa riya' (ingin dilihat orang), sum'ah (ingin didengar orang), ujub (bangga diri), serta semisalnya.

Agar jerih payah amal kita tidak menjadi debu yang berterbangan tanpa hasil di akhirat kelak..

----------------

* Bendahara Amanah *

Adakalanya diperlukan seorang pengelola bantuan...

Terkadang dibutuhkan seseorang yang mau "merepotkan" diri menerima dan menyalurkan donasi...

Walau mungkin belum mampu turut menyumbang, asalkan bersikap amanah, maka ia memperoleh pahala bersedekah.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الأَمِينُ الَّذِى يُنْفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلاً مُوَفَّرًا طَيِّبٌ بِهِ نَفْسُهُ، فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ

“Seorang bendahara muslim yang amanah yang melaksanakan sesuai dengan apa yang ia diperintahkan secara sempurna, memuliakan dan senang hati.

Lalu ia menyerahkan amanah tersebut kepada orang yang telah diperintahkan untuk diberi, maka ia terhitung seorang yang juga turut bersedekah...”

(HR. al-Bukhari: 1438, Muslim: 1023)

Ingat...
Bendahara (khazin) muslim, bukan kafir.

Maka..
Pengelola zakat, bantuan palestina, ifthar jama'i (buka puasa bersama) maupun kegiatan dakwah sosial lainnya termasuk di dalam keutamaan hadits ini.

Mari berlaku amanah.

------------------

* Bentuk Terbaik *

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS at-Tiin: 4)

As-Sa'di rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah diciptakan dengan sempurna, anggota tubuh yang sesuai dan perawakan yang pantas, tidak kurang sesuatu apa pun yang ia butuhkan...” (Taisir Karimir Rahman: 929)

"Allah bersumpah bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik, yakni dalam keadaan dan rupa yang paling baik secara fitrah. Karena kenyataannya tidak ada makhluk yang lebih baik bentuknya daripada bani Adam.
Seluruh makhluk yang ada di bumi, keelokannya jauh di bawah keelokan bani Adam.." (Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh al-‘Utsaimin)

Bila demikian keadaannya,,
Layakkah bila ada yang hendak merubah bentuk tubuh dengan anggapan belum sesuai kehendak..?
Mengapa kita enggan bersyukur...?

-----------------

* Berbaik Sangkalah *

Apapun yang menjumpai hari kita, maka berbaik sangkalah kepadaNya.

A. Sesuai Persangkaan Hamba.

Sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadits Qudsi,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِـيْ

“Aku (Allah) akan memperlakukan hambaKu sesuai dengan persangkaannya kepadaKu...” (HR al-Bukhari: 7066, Muslim: 2675)

Maknanya:

"Allah akan memperlakukan hambaNya bersesuaian dengan harapan baik atau buruk dari sang hamba.

Maka hendaklah seorang hamba senantiasa berprasangka dan berharap baik kepada Allah..." (Faidhul Qadir: 2/312)

B. Kembalikan Seluruhnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ () أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,“inna lillahi wa inna ilaihi raji'un” (sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan hanya kepadaNya kami kembali)

Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS al-Baqarah: 156-157)

Apapun yang terjadi, kembalikan seluruhnya kepada Allah.

Dan berprasangka baiklah atas setiap perkara.

Selalu ada hikmah dan berharap ganjaran pahala.

------------------

* Berbelanja Secara Patut *

Seorang istri harus menjaga harta suami. Dan seorang suami harus menafkahi keluarga secara patut.

A. Sesuai kadar Kemampuan.

Dalam kemudahan rizki, ada yang dilebihkan ada pula yang kurang.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللهُ لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ مَا آتَاهَا

“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya” (QS Ath-Thalaq: 7)

B. Apabila Kurang.

Seorang shahabiyyah (sahabat wanita) datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam,

يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيْحٌ وَلَيْسَ يُعْطِيْنِي مَا يَكْفِيْنِي وَوَلَدِي إِلاَّ مَا أَخَذْتُ مِنْهُ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ

“Wahai Rasulullah, sungguh Abu Sufyan seorang yang kikir. Dia tidak memberiku nafkah yang dapat memenuhi kebutuhan aku dan anakku kecuali apabila aku mengambil sebagian dari hartanya tanpa sepengetahuannya...”

Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

خُذِي مَا يَكْفِيْكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوْفِ

“Ambillah dari harta suamimu sekadar mencukupi kebutuhanmu dan anakmu secara patut...” (HR. Al-Bukhari: 5364, Muslim: 4452)

Sesuai kadar kebutuhan harian, bukan tambahan perabotan dan memperbanyak pengeluaran.

Bersyukur dan bersabar, dua poros yang harus ada dalam kehidupan.

-------------------

* Berbuat Dosa, Jangan Putus Asa *

Kita tidak boleh meremehkan maksiat yang dilakukan. Namun jangan pula larut dalam kepedihan dosa.

A. Tak Boleh Putus Asa.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf: 87)

B. Allah Maha Pengampun.

Selama seorang hamba tertaubat, maka Allah akan mengampuni,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا

“Katakanlah: "Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (QS. Az-Zumar: 53)

C. Seperti Tidak Berdosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia seperti orang yang tidak berdosa...” (Hasan, HR Ibnu Majah: 4250)

Ingatlah...!!

Setan itu akan selalu menggoda orang yang masih memiliki keimanan, sehingga bila berdosa ia akan menyesal.

Adapun orang yang tak lagi menyesal saat berbuat dosa, setan pun enggan mendekatinya.

---------------

* Berbuka Mengikuti Nabi *

Berpuasa merupakan ibadah agung. Maka selayaknya sejak awal sahur hingga berbuka kita berusaha mencontoh Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

A. Doa Berbuka Puasa.

Diantara doa berbuka puasa, sebagiannya ada yang tidak shahih.

Berikut diantara yang shahih dari Rasulullah,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
"Dahaga telah berlalu, urat-urat telah basah dan (semoga) Allah menetapkan pahala (puasa) Insya Allah..." (Hasan, HR. Abu Daud: 2357)

B. Menu Berbuka Puasa.

Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata;

"كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتَمَرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ تَمَرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ..."

"Dahulu Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam berbuka dengan berberapa butir ruthab (kurma basah) sebelum menunaikan shalat (maghrib).

Apabila tidak ada kurma basah maka berbuka dengan tamr (kurma kering).

Dan jika tidak ada kurma kering maka beliau berbuka dengan beberapa teguk air..." (HR Ahmad, ash-Shahihah 2840)

Demikianlah Nabi shallallahu'alaihi wasallam berbuka puasa. Sungguh penuh kesederhanaan.

Mari kita contoh dengan penuh kecintaan dan pengharapan pahala.

Dengan apa kita akan berbuka puasa hari ini...?!

------------------

* Berbuka Puasa *

Berikut beberapa hal terkait berbuka puasa:

A. Segera.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa...” (HR al-Bukhari: 1957, Muslim :2549)

B. Berdoa.

Adapun doa yang shahih dan dianjurkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

"Dahaga telah berlalu, urat-urat telah basah dan (semoga) Allah menetapkan pahala (puasa) Insya Allah..." (Hasan, HR. Abu Daud: 2357)

C. Bahagia.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَ فَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِرَبِّهِ

"Terdapat dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa. Kegembiraan saat ia berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Allah ta'ala (di akhirat kelak)..." (HR Muslim: 2700, 2701)

Semoga Allah mempertemukan kita di surgaNya kelak, negeri bertabur suka tiada lagi duka dan nestapa. Aamiin...

--------------------

* Berburu Lailatul Qadr *

Memasuki sepertiga akhir bulan Ramadhan, kita akan bersiap menyambut malam keutamaan...

Dialah (malam) lailatul Qadr...

A. Sepuluh Hari Terakhir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah (malam) lailatul qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari akhir bulan Ramadhan...” (HR. al-Bukhari: 2017).

B. Ganjil/Genap?

Timbul pertanyaan, manakah malam ganjil yang dimaksud?

Dari awal atau belakang?

Terlebih ada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh maupun lima malam yang tersisa...” (HR. al-Bukhari: 2021)

Beberapa ulama berpendapat, lafadzh "tersisa" menunjukkan terhitung dari belakang akhir Ramadhan.

Lalu timbul (lagi) pertanyaan...

Akan berlaku malam ganjil bagi yang mengikuti ketetapan awal Ramadhan pemerintah namun menjadi malam genap bagi pengikut (Ormas Islam) lainnya.

Demikian pula sebaliknya...

Lalu bagaimana...?

Maka hidupkanlah seluruh malam di penghujung ramadhan ini...

C. Jangan Lupa Berdoa

Ibunda Kaum Mukminin pernah bertanya,

"Wahai Rasulullah, apa pandangan engkau apabila aku mengetahui bahwa suatu malam merupakan lailatul qadar.

Apa yang sebaiknya aku ucapkan di malam itu...?”

Beliau menjawab, ”Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

"Ya Allah... Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf maka maafkanlah aku..."

(Shahih, HR. at-Tirmidzi: 3513, Ibnu Majah: 3850)

Singsingkan lengan, kencangkan ikat pinggang...

Penghujung Ramadhan telah datang...

-------------------

* Bercanda Bersama *

Pada umumnya permainan yang bernuansa canda adalah kesia-siaan.

Namun tidak halnya bagi sepasang suami istri.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ شَيْئٍ يَلْهُوْبِهِ ابْنُ آدَمَ فَهُوَ بَاطِلٌ إِلاَّ ثَلاَثًا: رَمْيُهُ عَنْ قَوْسِهِ، وَتَأْدِيْبُهُ فَرَسَهُ، وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ، فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ.

“Setiap sesuatu yang dijadikan permainan Bani Adam adalah kesia-siaan semata kecuali tiga perkara: memanah dari busur, melatih kuda dan bercanda dengan istri.

Sesungguhnya seluruh perkara itu adalah hak, benar adanya”

(Shahih, HR An-Nasa'i, Ath-Thabrani, Shahih al-Jami' ash-Shaghir: 4532 Al-Albani)

Hmm... Indahnya menyambut suami datang, bercanda layaknya pengantin baru.

Semoga saat-saat itu tidak hilang mengisi kehidupan rumah tangga.

Yuks, kita mulai sekarang... Senang, riang, berpahala...

-----------------

* Berdoa Di Kala Sehat Dan Sakit *

Abdul A'la at-Taimi rahimahullah berkata,

"Perbanyaklah memohon kesehatan kepada Allah ta'ala, karena orang yang diuji dengan sakit meskipun berat ujiannya tidak lebih berhak (memperbanyak) berdoa daripada orang yang sehat, dimana orang sehat tidak merasa aman dari ujian berupa sakit (orang sehat juga harus memperbanyak berdoa).

Dan orang yang sedang diuji dengan sakit pada hari ini, tidak lain adalah orang yang sehat pada hari kemarin.

Dan orang yang akan diuji sakit esok hari tidak lain adalah orang sehat di hari ini.

(Fiqhul Ad'iyyah wal Adzkar, Syaikh 'Abdurrazzaq al-Badr)

Demikianlah nikmat sehat, salah satu dari dua kenikmatan yang seringkali manusia lalai pada keduanya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang...” (HR. Bukhari: 5933)

“Kenikmatan adalah keadaan yang baik, ada pula yang berkata bahwa kenikmatan merupakan perbuatan bermanfaat dalam bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain...” (Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani)

Apapun keadaan kita hari ini, sehat atau sakit, berdoalah dan manfaatkan aktivitas ini sebagai bekal akhirat kelak.

------------------

* Berdzikir Di Setiap Kondisi *

Hendaknya kita senantiasa berdzikir dengan berbagai jenis dzikir mutlak.

Dari Abu Ishaq maula (budak yang dibebaskan oleh majikannya)
Al Harits, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

ما من قوم جلسوا مجلساً، فلم يذكروا الله فيه، إلا كان عليهم تِرَةٌ،

“Tidak ada sekelompok kaum yang duduk di sebuah majlis dan di dalamnya mereka tidak berdzikir kepada Allah, melainkan akan ditimpakan atas mereka penyesalan.

وما من رجل مشى طريقاً، فلم يذكر الله عز وجل، إلا كان عليه تِرَةٌ

Dan tidaklah seseorang yang berlalu di jalan dan dia tidak berdzikir kepada Allah, melainkan akan ditimpakan atasnya penyesalan.

، وما من رجل أوى إلى فراشه، فلم يذكر الله، إلا كان عليه تِرَةٌ..
Dan tidaklah seseorang yang berbaring di kasurnya dan dia tidak berdzikir kepada Allah, melainkan akan ditimpakan atasnya penyesalan.."

[Shahih, HR Ahmad: 2/432. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah karya Syaikh al-Albany no.79]

Penjelasan Hadits;
>> (التِرَة)
dengan mengkasrahkan huruf “ta”, artinya aib atau kekurangan

✓ Berkumpul dalam suatu majlis, jangan lupa berdzikir.
✓ Berlalu di suatu perjalanan, tetap berdzikir..
✓ Bahkan jelang tidur pun, dianjurkan berdzikir...

Ada Dzikir di Setiap Kondisi. Pagi, petang, jelang tidur, dijalan, di rumah, kapanpun dimanapun. Hingga tak sempat lagi lisan ini membicarakan aib orang lain...

--------------

* Bergaul Dengan Tetangga *

Tetangga, orang terdekat dengan kita.

Saat mengalami musibah, sebelum sanak keluarga membantu, tetangga lebih dahulu.

Maka bersabarlah dengan gangguan tetangga.

A. Lebih Besar Pahala.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang berbaur dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar ganjarannya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka....”

(Shahih, HR. At-Tirmidzi: 2507, Ibnu Majah: 4022,Shahihul Jami’: 6651 Al-Albani)

Baik bergaul dengan manusia secara umum, terlebih khusus tetangga.

B. Tetangga Terbaik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“...Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah yaitu mereka yang terbaik (bergaul) dengan tetangganya...”
(Shahih, HR at-Tirmidzi, ash-Shahihah: 103)

Yuks, rangkul tetangga...
Dan bersabar dengan gangguan yang ada...
Berharap ganjaran pahala dari Allah semata...

---------------

*Berhari Raya Tanpa Berbuat Dosa *
(Jabat Tangan Bukan Mahram)

Kebahagiaan meliputi kaum muslimin di hari raya..
Berjabat tangan ucap selamat tidak mengapa..

Namun, jangan sampai berbuat maksiat dan dosa...
Menyentuh bukan mahram berakibat petaka...

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

لَأنْ يُطعَنَ في رأسِ أحدِكم بمِخيَطٍ من حديدٍ خيرٌ لهُ مِنْ أن يَمَسَّ امرأةً لا تَحِلُّ لهُ

"Sungguh,, ditusuknya kepala seseorang kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya dibandingkan menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya..." (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Shahihul Jami' al-Albani: 4921)

Lafadz "Sungguh"; menunjukkan penekanan dari Rasulullah..

Kepala ditusuk jarum besi; siapa diantara kita dapat membayangkan apalagi merasakan. Na'udzubillah..

Kenali mahram kita, agar tak salah langkah..

---------------

* Berhias Untuk Siapa...? *

Ketika berada di luar rumah, seseorang berpakaian bagus, rapi, dan wangi layaknya hendak menemui orang spesial.

Namun sekembali di rumah, mulailah berganti daster kumel, atau pun kaos oblong bolong.

Sesungguhnya berhias itu untuk siapa..?

A. Wanita Indah Dipandang.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا ...

“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan apabila suami memandangnya..." (Hasan; HR an-Nasa'i, Ahmad, ash-Shahihah: 1838 al-Albani).

B. Lelaki Pun Berhias Diri.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Dan bergaullah dengan mereka dengan baik” (QS. An-Nisa’: 19)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan,

“Berkatalah yang baik, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri. Berlaku baiklah sebagai kalian menyukai apabila istri berbuat demikian...” (Tafsir Ibnu Katsir 3: 400)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata,

“Sesungguhnya aku berhias diri untuk istriku sebagaimana ia menghias diri untukku...” (Tafsir Ibnu Jarir: 2/453).

Bila hati telah terjaga, tak ada keinginan tuk "bebas" melepas pandangan mata.

Suami istri, yuks berhias diri...


--------------

* Beri Hadiah Tetangga *

Apabila hendak memberi oleh-oleh hadiah selepas berpergian maupun liburan berhari raya, kepada siapa..?

A. Dahulukan Tetangga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“...Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah yaitu mereka yang terbaik (bergaul) dengan tetangganya...”
(Shahih, HR at-Tirmidzi, ash-Shahihah: 103)

B. Walau Hanya.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menasihati,

يَا أَبَا ذَرٍّ، إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا، وَتَعَاهَدْ جِيْرَانَكَ

“Wahai Abu Dzar, apabila engkau memasak yang berkuah, perbanyak airnya. Kemudian bagikan kepada tetangga...!” (HR. Muslim: 2625)

Tentu kita memiliki lebih dari sekedar kuah sup. Berbagilah dengan tetangga.

Bukankah jika rumah -na'udzubillah- tertimpa musibah, tetangga yang akan lebih dahulu membantu kita...?

Bahkan sebelum sanak saudara.

---------------

* Berilmu Jangan Sombong *

Seringkali para penuntut ilmu terjebak dalam sifat sombong, membanggakan diri atas ilmu yang dimiliki.

Perkara ini, kerap didapatkan justru pada para pemula.

Sebagaimana disampaikan dalam kitab Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim hal.65:

العلم ثلاثة أشبار من دخل
في الشبر الأول تكبر،
والثاني تواضع
الثالث علم أنه ما يعلم..

"Ilmu itu ada tiga langkah, barangsiapa yang baru masuk pada langkah pertama ia sombong, langkah kedua akan tawadhu’ dan langkah ketiga akan mengetahui dirinya tidak mengetahui..."

(Kitabul ‘ilmi Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)

Padahal kesombongan tidak selayaknya terdapat dalam hati seorang muslim, apalagi penuntut ilmu.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi”

Ada sahabat yang bertanya, “Bagaimana halnya seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus...?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain...“
(HR. Muslim: 91)

Yuks, jauhi sifat sombong agar ilmu yang kita miliki menjadi barakah.

----------------

* Berita Tak Jelas *

Si fulan itu begini yaa...
Kalau fulanah sekarang begitu lho...

Hmm...
Sungguh banyak informasi simpang-siur bertebaran saat ini...

A. Termasuk Pendusta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia menceritakan segala hal yang ia dengar...” (HR. Muslim: 5, Abu Daud: 4992)

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan,

"Hadits ini merupakan celaan terhadap orang yang menceritakan setiap yang ia dengar.

Sebab umumnya, berita yang ia dengar tidak terlepas dari kebenaran dan kedustaan (bercampur).

Jika ia menceritakan segala yang didengarnya maka besar kemungkinan ia akan berdusta atas kabar yang tidak bersesuaian dengan kenyataan..."

(Syarh Shahih Muslim: 1/69)

B. Kehormatan Seorang Muslim.

Apalagi bila yang dibicarakan adalah seorang muslim. Kehormatannya terjaga oleh syariat Islam.

Tatkala Haji Wada, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا

“Sungguh darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram (suci, terjaga) atas kalian.

Seperti terjaganya hari ini (hari Arafah), sucinya bulan ini (Dzulhijjah) dan haramnya negeri ini (Makkah)...” (HR al-Bukhari, Muslim)

Teliti sebelum menerima informasi apalagi bila hendak menyebarkannya lagi...

Alih-alih semangat berbagi informasi, malah petaka yang di dapat.

Ingatlah...!!

Lisan dan tulisan kita, kelak akan dimintai pula pertanggungjawaban di akhirat.

--------------

* Berkacalah Saat Musibah *

Air mengalir, banjir. Tanah bergerak, longsor. Gunung meletus, debu pun terendus, bertebangan hingga ratusan kilometer.

Jangan menyalahkan siapa-siapa. Bisa jadi setiap orang memiliki “andil” atasnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum: 41)

“Abul ‘Aliyah berkata,

“Barangsiapa yang berbuat maksiat di muka bumi, maka ia telah melakukan kerusakan di muka bumi”

Karena kebaikan bumi dan langit lantaran ketaatan...

(Tafsir Ibnu Katsir: 3/572)

Lebih lanjut Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Diantara hukuman perbuatan dosa ialah hilangnya berbagai nikmat dan datangnya beragam siksa cobaan.

Tidaklah hilang suatu nikmat dari seorang hamba melainkan karena sebab dosa.

Dan tidaklah turun siksa ujian melainkan karena dosa...” (Ad-Da'u Wal Dawa': 49)

Saatnya introspeksi diri dan tidak perlu menyalahkan orang lain.

Apapun musibah yang menimpa.

-------------

* Berkumpul Dua keutamaan *

Seringkali kita berusaha meraih bermacam cara dan waktu agar doa dikabulkan.

Bepergian ke suatu tempat hingga mencari waktu yang tepat.

Di hari ini, bulan Ramadhan, Jumat selepas Ashar, berkumpul padanya dua keutamaan saat doa terkabulkan.

A. Orang Berpuasa.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

ثَلاَثٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ : المُسافِر، الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

“Ada tiga orang yang tidak tertolak doanya; seorang musafir, seorang yang berpuasa sehingga ia berbuka, serta doa seorang yang terzhalimi”

(Shahih, HR. Ibnu Majah: 1752, Silsilah ash-Shahihah: 596 dan 1797)

B. Jum'at selepas Ashar.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

"(Siang) hari Jum'at itu dua belas jam. Tidaklah seorang hamba muslim berdoa memohon sesuatu kepada Allah melainkan akan Allah kabulkan.

Maka carilah saat tersebut pada akhir waktu setelah Ashar..."

(HR Abu Daud:1408, an-Nasa'i: 1389, Shahihut Targhib:703 Syaikh al-Albani)

Manfaatkan dua keutamaan saat dikabulkan doa, yakni berpuasa dan akhir saat Ashar.

-------------

* Berkurban Atas Nama Mayit? *

Menyembelih kurban atas nama seseorang yang telah meninggal diperbolehkan apabila si mayit berwasiat untuk berkurban.

A. Tiga Keadaan.

Sebagaimana penjelasan asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullahu ta'ala:

1. Apabila si mayit merupakan bagian dari yang masih hidup.

Sebagaimana apabila seseorang berkurban atas dirinya dan seluruh keluarganya (padahal di antara mereka ada yang telah meninggal dunia).

Hal ini dibenarkan sebab Nabi shallallahu'alaihi wasallam berkurban dan bersabda,

“Ya Allah, (kurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad”

(Shahih, HR. Ibnu Majah no: 3122 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

2. Menyembelih kurban atas diri mayit secara khusus sebagai wujud sedekah baginya.

Para Ulama Hanabilah membenarkannya, namun sebagian yang lain tidak membenarkannya kecuali bilamana ia sempat berwasiat sebelum wafatnya.

Dan merupakan KEKELIRUAN besar bilamana yang masih hidup memperhatikan kurban atas diri yang telah wafat tetapi mereka mengabaikan ibadah ini atas diri mereka sendiri.

3. Menyembelih kurban atas diri mayit dengan dorongan wasiatnya sebelum wafat.

Wasiat semacam ini harus diwujudkan sebagaimana yang diwasiatkan tanpa ditambah maupun dikurangi.

(Ahkam Al-Udhhiyah wadz-Dzakah:18-19)

Jika tidak ada wasiat, maka berkurbanlah atas nama seseorang yang masih hidup.

B. Potong Kuku Rambut

Hal yang lebih menegaskan lagi adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ

“Apabila telah masuk 10 hari pertama (Dzulhijjah) dan salah seorang kalian hendak berkurban, maka janganlah dia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun hingga dia menyembelih kurbannya...” (HR Muslim: 1977)

Apabila berkurban atas nama mayit, kuku dan rambut mana yang "akan" dipotong..?

Terlebih lagi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat tidak melakukannya.

-----------

* Berlama-Lama Di Sujud Terakhir *

Ada sebagian kita yang keliru memahami makna hadits tentang anjuran berdoa ketika sujud dengan memperlama sujud terakhir dan berdoa padanya.

Padahal anjuran tersebut berlaku di seluruh sujud di setiap raka'at....

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

"Sedekat-dekat posisi hamba dengan Rabbnya adalah tatkala ia sedang sujud. Maka perbanyaklah doa (pada saat itu)..." (HR Muslim: 482)

Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَأَمَّا السُّجُوْدُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

"Adapun sujud maka bersungguh-sungguhlah berdoa pada saat itu.

Karena lebih mendekati bagi kalian untuk dikabulkan..." (HR Muslim: 479)

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah berkata,

“Memperpanjang sujud terakhir (untuk berdoa) tatkala shalat bukanlah bagian sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam...."

Maka jangan dibatasi dengan sujud terakhir di rakaat terakhir.

Pembatasan terhadap sesuatu ibadah yang tidak dibatasi Allah dan RasulNya merupakan perbuatan yang diada-adakan dan tertolak.

----------------------

* Berlemah Lembutlah *

A. Hiasi Diri Dengan Kelembutan.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﻓﻖ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﺎ ﺯﺍﻧﻪ، ﻭﻟﺎ ﻧﺰﻉ ﻣﻦ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﺎ ﺷﺎﻧﻪ

“Tidaklah sifat lemah lembut terdapat pada sesuatu melainkan akan memperindah dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk” (HR. Muslim)

B. Allah pun Mencintai Kelembutan.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﻓﻴﻖ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﻓﻖ ﻭﻳﻌﻄﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﻓﻖ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻄﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻨﻒ ﻭﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻄﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺳﻮﺍﻩ

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut serta mencintai kelembutan.
Dan Allah memberikan kepada sifat lembut yang tidak diberikan pada sifat kasar dan sifat lainnya”
(HR. Muslim: 2593)

C. Bahkan Kepada Orang Yang Paling Dzhalim

Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun 'alahimas salam untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut.

Allah Ta’ala berfirman.

ﺍﺫﻫﺒﺎ ﺇﻟﻰ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﺇﻧﻪ ﻃﻐﻰ ﻓﻘﻮﻟﺎ ﻟﻪ ﻗﻮﻟﺎ ﻟﻴﻨﺎ ﻟﻌﻠﻪ ﻳﺘﺬﻛﺮ ﺃﻭ ﻳﺨﺸﻰ

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut”
[QS Thaha : 43-44]

Berlemah lembutlah...
✓ Kepada anak agar nasehat lebih mudah diterima.
✓ Kepada Orang Tua sebagai bentuk bakti kita.
✓ Kepada seluruh makhluk, sebab kita pun senang bila diperlakukan dengan penuh kelembutan.

------------

* Berlibur Bukan Berarti Libur Baca al-Qur'an *

Senangnya menikmati libur bersama keluarga maupun orang tercinta.

Namun jangan lupa tetap membaca al-Qur'an ya...

Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,

 اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ

"Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia  menjadi syafa'at bagi yang membacanya pada hari kiamat”
(HR Muslim no: 1871 dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyyallahu 'anhu)

Bahkan bisa ditambah dengan membaca terjemahan al-Qur'an agar kita lebih memahami isinya.

-----------

* Berlindung Dari 4 Perkara *
(Ust Abu Khansa' Suharlan, Lc)

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

“Apabila seorang dari kalian bertasyahud, maka hendaknya dia berlindung kepada Allah dari 4 perkara. Hendaknya dia mengucapkan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ،
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ...

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
✓ dari siksa neraka Jahannam,
✓ dari siksa kubur,
✓ dari fitnah (cobaan) kehidupan dan fitnah setelah kematian, serta
✓ dari keburukan fitnah Ad-Dajjal”
(HR Muslim: 128, 588, Nasa'i: 1309, Abu Daud: 983, Ibnu Majah: 919)

Penjelasan hadits :
☑ (عذاب جهنم) :
Siksaan yang ada di dalam jahannam.
“العذاب”
Al-'Adzab artinya adalah segala sesuatu yang melemahkan manusia dan menyulitkannya.

Jadi, berlindung dari siksa jahannam mencakup juga berlindung dari amalan-amalan yang menjerumuskan ke dalamnya, dan berlindung dari siksanya jika terlanjur mengerjakan amalan-amalan yang menjerumuskan ke dalamnya.

Karena manusia berada antara dua keadaan:
(1).  Terlindungi dari dosa-dosa, maka di sini dia berlindung dari amalan-amalan dosa.
(2). Dimaafkan dari dosa-dosa, maka disini dia berlindung dari akibat amalan-amalan dosa tadi.

☑ (عذاب القبر) :
Pada hakikatnya setiap orang tidak mengetahui apakah apabila dia mati, dia akan dikubur...?

atau mungkin dia mati lalu dimakan binatang buas....?

atau bahkan dia mati terbakar hingga menjadi abu...?

☑ (فتنة المحيا) :
Segala yang di hadapi oleh manusia semasa hidupnya dari berbagai macam ujian, yaitu cobaan dunia, syahwat, kejahilan, dan kezhaliman.

☑ (فتنة الممات) :
Cobaan yang menimpanya pada saat kematian, yaitu agar dimudahkan untuk mengucapkan kalimat syahadat dan selamat dari sakarat maut.

☑ (فتنة المسيح الدجال):
Merupakan cobaan yang sangat dahsyat yang ada di muka bumi sejak terciptanya Adam sampai hari kiamat nanti.

(Shahih Dzikir dan Doa Shalat hal. 133-138)

------------

* Berlindung Dari Harta Haram *

Hendaknya kita senantiasa menjaga diri dari berbagai bentuk harta haram.

A. Akan Datang Masanya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيَأْ تِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زِمَانٌ لاَ يَبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

“Sungguh akan datang suatu zaman dimana seseorang tidak lagi peduli dia memperoleh harta, dari jalan yang halal ataukah dari yang haram...”
(HR. al-Bukhari: 2083)

B. Bila Mampu, Lakukanlah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُنْتِنُ مِنَ اْإلاءِنْسَانِ بَطْنُهُ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَيَأْكُلَ إِلاَّ طَيِّبًا فَليَفْعَلْ

“Sesungguhnya yang pertama kali busuk dari seorang insan adalah perutnya.

Maka barangsiapa yang mampu untuk tidak memakan melainkan yang baik maka hendaknya lakukanlah...”

(HR. al-Bukhari: 7152)


B. Senantiasa Berdoa dan Menasehati.

Sisipkan doa berikut disela doa yang Anda panjatkan,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

"Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dariMu dan jauhkanlah aku dari yang Engkau haramkan.

Dan cukupkanlah aku dengan karuniaMu dan jauhkanlah dari bergantung pada selainMu)

(HR. Tirmidzi: 3563, Ahmad; Silsilah ash-Shahihah: 1/474)

Demikian pula, hendaknya kita tak bosan menasehati diri sendiri dan juga Ayah, Suami, Anak serta siapa pun yang akan mencari rezeki agar menjaga diri dari perkara haram.

Sebagaimana kebiasaan istri para pendahulu kita nan shalih tatkala mengantar suaminya yang hendak berangkat bekerja, mereka berkata,

"Bertakwalah kepada Allah dalam menjaga kami.
Janganlah engkau memberi makan kami dari yang haram.

Kami dapat bersabar saat lapar di dunia, namun kami tak mampu bertahan akan panasnya api neraka di akhirat.." (Mafatih Sa'adah Zaujiyyah)

Mari, ucapkan esok pagi dengan penuh kasih sayang.

--------------

* Semangat Bermanfaat *

Selepas berlibur cukup panjang, terkadang sebagian kita melemah semangat berbuat yang bermanfaat. Apalagi bila itu adalah rutinitas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"...  احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ..."

“...Bersemangatlah atas perkara yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, janganlah engkau lemah..." (HR. Muslim)

Perbuatan kita tidak terlepas dari 3 hal:
1. Perbuatan yang bermanfaat.
2. Perbuatan yang haram.
3. Perbuatan yang mubah (boleh-boleh saja)

Maka...
Saat menuntut ilmu, bersemangatlah..
Kala mencari nafkah halal, bersemangatlah...

"hidup di dunia hanya sekali, berbuatlah yang berarti..."

--------------

* Berobatlah Di Kala Sakit *

Saat ini sebagian saudara kita ada yang mengalami sakit. Baik berupa sakit kepala, flu, batuk, maupun sakit selainnya.

Hendaknya kita tidak menyandarkan penyakit disebabkan perubahan musim atau dampak dari cuaca tak menentu.

A. Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

ﻣﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺩﺍﺀ ﺇﻻ ﺃﻧﺰﻝ ﻟﻪ ﺷﻔﺎﺀ، ﻋﻠﻤﻪ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﺟﻬﻠﻪ ﻣﻦ ﺟﻬﻠﻪ
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Allah turunkan pula obat baginya.
Mengetahui bagi orang-orang yang tahu, dan tidaklah diketahui bagi orang yang tidak mengetahuinya...”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, segala penyakit sesungguhnya Allah yang menurunkan. Bersamaan dengan obatnya pula.

B. Dengan Cara Dan Bahan Yang Halal.
Dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu secara marfu’

ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺪﺍﺀ ﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﻓﺘﺪﺍﻭﻭﺍ ﻭﻻ ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ ﺑﺤﺮﺍﻡ

“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan juga obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram”
(Hasan, Ash-Shahihah Al-Albani: 1633)

Cara berobat yang haram, misal: ke dukun, menggunakan bacaan-bacaan ajimat, dll.

Bahan obat yang haram, misal: alkohol, olahan babi dan anjing, dsb.

"Semoga dengan kesabaran di saat sakit menyapa, dapat menghapus dosa dan menaikkan derajat di surga..."

---------------------

* Diantara Pengobatan Syar'I *

Terdapat beberapa keterangan dari Ayat Al-Qur'an dan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terkait pengobatan bagi si sakit.

Diantaranya:

A. Al-Habbatus sauda' (jintan hitam).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

ﺍﻟﺤﺒﺔ ﺍﻟﺴﻮﺩﺍﺀ ﺷﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺩﺍﺀ ﺇﻻ ﺍﻟﺴﺎﻡ

“Al-Habbatus Sauda' (jintan hitam) merupakan obat bagi segala penyakit, kecuali as-saam yakni kematian...”
(HR. Al-Bukhari: 5687, Muslim: 5727)

B. Madu

Allah ta’ala berfirman,

ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺑﻄﻮﻧﻬﺎ ﺷﺮﺍﺏ ﻣﺨﺘﻠﻒ ﺃﻟﻮﺍﻧﻪ ﻓﻴﻪ ﺷﻔﺎﺀ ﻟﻠﻨﺎﺱ

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.."
(QS An-Nahl: 69)

C. Bekam (Hijamah)

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﻓﻲ ﺛﻠﺎﺛﺔ: ﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ، ﻭﺷﺮﻃﺔ ﻣﺤﺠﻢ، ﻭﻛﻴﺔ ﻧﺎﺭ، ﻭﺃﻧﺎ ﺃﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻲ – ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ: ﻭﻻ ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﺃﻛﺘﻮﻱ

“Pengobatan terdapat pada tiga hal: meminum madu, berbekam, dan kay dengan api, namun aku melarang
kay”  (HR. Al-Bukhari: 5680)

Dalam riwayat lain: “Aku tidak senang berobat dengan kay..”

*kay yakni besi yang dipanaskan

D. Ruqyah.

Yaitu berupa bacaan dari ayat Al-Qur'an ataupun doa-doa yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Baik dilakukan oleh si sakit maupun yang mengunjunginya.

Doa untuk Orang Sakit,

اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ فَأَنْتَ الشَّافيِ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً

“Ya Allah Wahai Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembukanlah.
(hanya) Engkaulah Dzat Yang Maha Menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu.
Kesembuhan yang tidak akan  kambuh lagi. (HR. Bukhari, Muslim)

Dapat pula dengan doa berikut,

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ ×7

“Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang menguasai Arsy yang agung, agar menyembuhkan penyakitmu. 7x ...”
(HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Shahihul Jami’ 5/180)

-------------

* Berpikir Ulang Sebelum Berucap *

Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah,

"Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling mulia...?"

Beliau shallallahu'alaihi wasallam berkata,

"من سَلِمَ المسلمون من لسانه ويده".

"Seseorang yang kaum muslimin selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya..." (HR al-Bukhari: 11, Muslim: 42)

Imam an-Nawawi rahimahullahu ta'ala berkata,

وينبغي لمن أراد النطق بكلمة أو كلام، أن يتدبره في نفسه قبل نطقه، فإن ظهرت مصلحته تكلم، وإلا أمسك.

"Hendaknya seseorang yang hendak berucap dengan suatu kalimat atau perkataan agar merenungkan kembali dalam dirinya sebelum ia sampaikan.

Jika nampak terdapat kebaikan (dari ucapannya) maka ia ungkapkan.

Namun bila tidak (ada kebaikan) maka hendaknya ia diam.." (Syarh Shahih Muslim: 18/117)

Betapa banyak permusuhan yang terjadi akibat lisan yang tak terjaga.

Sekali terucap, tak mudah ditarik kembali.

Ucapan yang telah menyinggung kawan, walau sudah dimaafkan, terkadang tetap tersimpan..

Di hati dan sanubari...