2 September 2014

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

Kumpulan BC dari Sahabat Ilmu

* Bersabar Sejak Awal Musibah *
(Ust Rizal Yuliar, Lc)

Ini adalah hal yang sering kali luput atau bahkan dilalaikan sebagian orang yang menghadapi musibah.

Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى

"Sesungguhnya kesabaran adalah pada saat awal kejadian (musibah)"
[HR. Bukhâri: 1283, 1302, Muslim: 926]

Yakni apabila bersikap tegar dan tabah pada saat hati terguncang akibat suatu musibah maka itulah sabar yang sempurna yang akan mendatangkan pahala.

Al-Khaththâbi rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya sabar yang terpuji adalah ketika musibah baru saja terjadi, adapun setelah itu beberapa hari maka dia akan lupa kemudian merelakan kepergiannya"
[Fathul Bâri 3/179, Tuhfatul Ahwadzi 4/62]

Imam Nawawi rahimahullah berkata:
"Sungguh makna hadits tersebut adalah kesabaran yang sempurna dan akan mendatangkan pahala yang agung, karena ujian kesulitan yang berat di dalamnya…"
[Syarah Muslim 6/481]

Dan jika ia berjuang untuk dapat bersabar maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kemudahan baginya untuk tegar dan bersabar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berusaha untuk bersabar maka Allah Azza wa Jalla akan membuatnya bersabar, tidaklah seseorang diberikan kebaikan yang menyeluruh dan lebih luas dari kesabaran"
[HR Bukhâri: 1469, Muslim: 1054]

Tentang definisi kesabaran Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Sabar adalah menahan diri dari sikap kesal dan marah, menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota badan dari melakukan kekacauan atau kebodohan".[Madârijus sâlikîn, Ibnul Qayyim 2:129]

---------------

* Bersama Malaikat Atau Dua Pahala *

Bagi seorang pembaca Al-Qur'an, baik mahir maupun terbata-bata, hanya ada 2 kemungkinan.

A. Seluruhnya Utama.

Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca al-Qur’an bersama malaikat yang mulia lagi taat.
Adapun orang yang terbata-bata membaca al-Qur’an dengan terbata-bata dan berat atasnya dalam membaca maka baginya dua pahala...”
(HR Bukhari, Muslim)

Pahala membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya.

B. Belajar Al-Qur'an: Berpahala Besar.

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.." (HR Bukhari: 4739)

Untukmu Guru TPA, tetaplah bersemangat mengajarkan Al-Qur'an. Pahala berlimpah menanti...

Bagimu Ayah dan Bunda, ajarkan buah hati mengenal kitab suci. Kebahagian niscaya menyelimuti tanpa henti...

-----------------

* Bersih-Bersih Diri *

Islam sangat menjaga kebersihan dan keindahan. Tidak hanya lingkungan, bahkan anggota badan.

A. Lima Fithrah.

Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengingatkan,

خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ، وَالْاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ

اْلأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الْإِبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ

“Lima hal yang termasuk fitrah: khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan merapikan kumis...” (HR. Bukhari 5891 dan Muslim 257)

B. Jangka Waktu Pelaksanaan.

Sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan,

وُقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيم اْلأَظْفَارِ وَنَتْفِ اْلإِبْطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ، أَنْ لاَ نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Telah ditetapkan jangka waktu dalam merapikan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur rambut kemaluan, tidaklah kami biarkan melebihi 40 hari...” (Shahih Muslim)

Berhias diperbolehkan, namun bukan pada bagian yang dianjurkan untuk dipotong dan dirapikan.

Jangan dibiarkan memanjang. Akhir pekan, saat tepat 'tuk bersih-bersih diri.

Terakhir kapan...?
Sudah lama khan...?!

-----------------

* Bersin *

Perkara yang setiap kita pernah mendapatkannya adalah bersin.

Islam mengatur adab ketika bersin maupun menjumpai orang yang bersin.

A. Berdoa Dan Doakan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah dia mengucapkan, 'Alhamdulillah' (segala puji bagi Allah)

Adapun saudara atau temannya mengucapkan, 'yarhamukallah' (semoga Allah merahmatimu)

Dan jika saudaranya berucap ‘yarhamukallah’ maka hendaklah ia membalas ucapkan,

'yahdikumullah wa yushlihu baalakum' (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)...”

(HR al-Bukhari: 6224, Muslim: 5033)

B. Lebih Dari Tiga Kali.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ، فَلْيُشَمِّتْهُ جَلِيْسُهُ، وَإِنْ زَادَ عَلَى ثَلاَثَةٍ، فَهُوَ مَزْكُوْمٌ، وَلاَ يُشَمَّتْ بَعْدَ ثَلاَثٍ

'Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaklah orang yang berada di dekatnya (tasymit) mendoakannya.

Apabila bersin lebih dari tiga kali berarti dia terkena sakit flu, dan tidaklah ia mentasymit setelah tiga kali..." (HR ibnu Sunni: 252, Shahihul Jami' : 684)

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda,
الرّجلُ مَزْكُوْمٌ

"Orang ini sedang sakit..." (HR Muslim: 2993)

Sungguh indah ajaran Islam, berdoa dan saling mendoakan dalam setiap perbuatan dan keadaan.

---------------

* Bersyukur *

Allah Ta'ala berfirman,

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur...” (QS Saba':13)

Bukankah Allah telah menciptakan kita dalam sebaik-baik keadaan...?

Maka bersyukurlah,,,

Tidak hanya di lisan dengan ucapan Alhamdulillah, namun juga tercermin dalam seluruh anggota badan.

Abu Hazim Salamah bin Dinar rahimahullah berkata,

"Setiap anggota badan memiliki kewajiban untuk bersyukur...

Syukur kedua mata adalah ketika melihat kebaikan engkau menyebarkannya, dan apabila melihat kejelekan engkau menutupinya...

Syukur kedua telinga ialah tatkala mendengar kebaikan engkau meresapinya, dan jika mendengar kejelekan engkau menguburkannya...

Syukur kedua tangan yaitu engkau tidak mengambil apa yang tidak halal bagimu, dan tidak menahan sebuah hak dari hak-hak Allah dengan keduanya...

Dan seorang yang hanya bersyukur dengan lisannya tanpa diikuti oleh seluruh anggota badannya, maka dia seperti seseorang yang memiliki sebuah pakaian dan dia hanya memegang ujung-ujungnya saja tanpa pernah memakainya..

Sehingga pakaian itu tidak melindunginya dari panas dan dingin sama sekali..."

-------------

* Bertamu: Sarana Meraih Kecintaan Allah *

Mengunjungi sanak kerabat atau pun bertamu ke saudara muslim, hendaklah didasari niat meraih pahala dan kecintaan Allah Ta'ala.

A. Niat Sangat Menentukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Seseorang mengunjungi saudaranya di tempat lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk mencegat orang tersebut di tengah perjalanan.

Malaikat bertanya kepadanya, "Hendak kemanakah anda..?”

Orang itu menjawab, “Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di tempat ini”

Malaikat itu bertanya lagi, “Apakah ada suatu nikmat darinya yang akan engkau capai..?”

Ia menjawab, “Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah Azza wa Jalla...”

Kemudian berkata malaikat,

فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ

“Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepadamu (untuk menyampaikan) bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karenaNya...” (HR. Muslim: 2567)

B. Ada Surga Menanti.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau menziarahi (mengunjungi) saudaranya karena Allah semata, maka akan ada penyeru berkata,

طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا

“Engkau telah berlaku baik dan perjalananmu adalah kebaikan pula.

Engkau telah menyiapkan tempat tinggal di surga...” (Hasan, HR. At-Tirmidzi: 2008, Shahihul Jami’: 6387 Al-Albani)

Dengan niat yang benar, perjalanan kita menjadi ganjaran pahala dan kecintaan Allah Ta'ala.

Luruskan niat, agar lelah letih kita tak lagi sia-sia...

-----------

* Bertaubat Sebelum Terlambat *

Setiap kali berbuat dosa dan maksiat maka bersegeralah bertaubat, sebelum....

A. Hari Kiamat.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla senantiasa membuka lebar tanganNya di malam hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di siang hari.

Dan Allah senantiasa akan membuka lebar tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di malam hari.

Dan demikian ini terus berlaku hingga matahari terbit dari barat (kiamat)..” (HR. Muslim: 2760)

Bila pun tidak menjumpai kiamat (karena seburuk-buruk orang adalah yang mengalami hari kiamat) maka tentu setiap kita akan menjalanii saat-saat dahsyat sakaratul maut.

B. Nyawa Di Kerongkongan.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nyawa sampai di kerongkongan (sakaratul maut)...” (Shahih, HR. At-Tirmidzi: 1531, Ibnu Majah: 3407; Shahih al-Jami’: 1309)

Mari sudahi perbuatan dosa dan maksiat...

Apakah kita dapat menjamin esok pagi masih dapat menatap indahnya mentari...?!

---------------

* Berwudhu Masuk Surga Dan Hapus Dosa *

Terkadang sesuatu yang telah menjadi rutinitas, luput darinya perkara pernyerta.

Berwudhu, karena setiap kali dilakukan, kerap kali kita lupa berdoa setelahnya. Padahal ada keutamaan yang besar.

A. Masuk Surga dari Pintu Mana Saja.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam,

"Tidaklah seseorang dari kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya selanjutnya berucap:

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاََّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسوْلُهُ


Melainkan akan dibukakan baginya pintu surga yang delapan dan dia dipersilahkan masuk dari pintu surga mana pun yang dia kehendaki..." (HR Muslim: 234)

B. Menghapuskan Dosa dan Kesalahan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ, خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ, حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتَ أَظْفَارِهِ

"Barangsiapa yang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya, maka akan keluar kesalahan-kesalahan dari jasadnya bahkan hingga keluar dari bawah kuku-kukunya..." (HR Muslim: 245)

Sebagian ulama menganjurkan untuk tidak menyeka/mengelap bekas wudhu dengan kain, handuk atau pun semisalnya sebab dapat menghilangkan tetesan wudhu.

Wallahu a'lam.

---------------

* Betapa Tak Berhingga Nilai Tetangga Dan Anak *

Alhamdulillah barusan saja kami pulang dari 2 (dua) Rumah Sakit.

Sekira pukul 10:30 WIB saat beberes rumah dan pekarangan, tiba-tiba putri bungsu, anak ke-5 kami berusia 7 bulan kesulitan bernapas.

Ternyata menelan potongan kecil plastik. Memang sedang masa merangkak.

Kebingungan melanda...
Minta bantuan siapa...?!

Tentu pertama kali bukan saudara.
Bukan pula  kawan sejawat.

Pastilah tetangga...

Di antar tetangga menuju bidan terdekat. Si kecil sempat membiru dan berhenti bernapas...

Sembari berdzikir dan berdoa kami berupaya...

Lepas dari sesak, kami diarahkan ke RS. Kembali di antar tetangga...

Dilakukan penanganan dan di beri oksigen.

"Benda" sudah tidak nampak. Bila ke saluran pencernaan, maka tidak mengapa. Namun dikhawatirkan masuk ke paru-paru.

Karena di kota kecil, kami pun disarankan ke RS kota besar terdekat guna penanganan lebih lanjut.

Tak berpikir berapa pun biaya yang harus kami keluarkan.

Kembali kami di antar tetangga menuju RS kota besar terdekat, jazahumullahu khayran...

Sesampai di sana, langsung tim dokter beraksi.

Karena baru usia 7 bulan, dokter tidak berani melakukan rontgen dan tindakan lainnya. Apalagi si kecil sudah mau menyusui.

Mereka menyarankan observasi selama 1 hari ini. Bila timbul sesak, segera bawa ke RS lagi.

Dengan sigap tetangga berucap sewaktu-waktu siap mengantar.

Alhamdulillah...

Allah ta'ala berfirman,

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

"Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)" (QS adh-Dhuha: 11)

Berharap ada manfaat yang dapat dipetik dari sepenggal kisah ini.

Betapa tak berhingga nilai tetangga dan anak. Jangan disia-siakan...

Dan terakhir...
Kami memohon untaian doa, agar tidak terjadi apa-apa dengan anak sulung kami.

-----------------

* Bicara Atau Pindah *

Salah satu manfaat shalat sunnah ialah penyempurna kekurangan yang dilakukan saat shalat wajib.

Yang mengiringi shalat wajib, ada shalat qabliyah (sebelum) juga ba'diyah (sesudah)

Bagi kita yang hendak shalat ba'diyah, dianjurkan berbicara atau berpindah sebelum melaksanakannya.

Mu’awiyyah radhiyallahu ‘anhu berkata kepada as-Saaib ibnu Yazid,

“Apabila engkau selesai shalat Jum’at, janganlah menyambung dengan shalat lainnya sebelum berbicara atau pindah dari tempat shalat.

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perintahkan kami.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أَنْ لاَ تُوصَلَ صَلاَةٌ حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ

“Janganlah menyambung shalat yang satu dengan shalat lainnya, sebelum kita berbicara atau berpindah dari tempat shalat...” (HR. Muslim: 883)

Berlaku pula di shalat wajib, bukan hanya shalat Jum'at saja.

Sering melihat orang berpindah tempat saat hendak shalat sunnah ba'diyah...?

Ternyata ada dalilnya ya..

-------------------

* Bila Ada Ghibah *

Bagi sebagian insan, membicarakan orang (ghibah) terasa "mengasyikan"

Seakan majlis belum lengkap tanpa menu satu itu...

Padahal...

Petaka ghibah sudah diketahui bersama...

Bagai memakan daging bangkai saudara...

Lalu bagaimana sikap kita bila ada kawan mulai membuka majlis ghibah..?

A. Tak Berguna.

Allah Ta'ala berfirman,

وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ

"Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna" (QS Al-Mu’minun: 3)

Dan ghibah termasuk di dalamnya...

B. Cegah Kemungkaran.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

"Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka cegah dengan tangannya.

Jika tidak mampu maka cegah dengan lisannya.

Bila tidak juga mampu maka (tolak) dengan hati. Dan menolak dengan hati adalah selemah-lemah iman..." (HR Muslim)

Diantara tanda penolakan hati saat terjadi ghibah adalah meninggalkan majlis itu.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,

"Sebagaimana diharamkan bagi seseorang mengghibah, maka diharamkan pula bagi orang untuk mendengarkan dan menyetujuinya..."

Satu lagi...

Bila kita turut mendengarkan seseorang mengghibahi lainnya, niscaya kelak kita akan menjadi obyek ghibah orang tersebut juga...

Waspadalah... Waspadalah...

---------------

* Bila Ayam Berkokok *

Suasana pagi, membawa keteduhan hati. Terlebih saat mendengar kokok ayam, maka berdoalah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيْكَةِ  (مِنَ اللّيْلِ) فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيْقَ الْحِمَارِ  (مِنَ اللّيْلِ) فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا

“Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok (di waktu malam), mintalah karunia kepada Allah, sesungguhnya ia melihat malaikat.

Namun apabila kalian mendengar keledai meringkik (di waktu malam), maka mintalah perlindungan (ta'awwudz) kepada Allah dari gangguan setan, sesungguhnya ia melihat setan...” (HR. Bukhari: 3303; Muslim: 2729, tambahan dalam kurung merupakah riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, Shahih al-Adabul Mufrad: 938; Silsilah ash-Shahihah: 3183)

Lihat juga buku Doa & Wirid al-Ustadz Yazid Jawas hafidzhahullahu ta'ala

Maka keterangan kokok ayam dan lolongan keledai dikhususkan pada malam hari dan tidak ada doa khusus, melainkan meminta keutamaan fadhilah dan memohon perlindungan.

Berhenti pada apa yang Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berhenti, tidak mengada-adakan doa khusus padanya.

Ada doa dan perlindungan di setiap keadaan.

Wallahu a'lam.

--------------

* Bila Harus Masuk Pasar *

Termasuk dalam kriteria pasar adalah mall dan pusat perbelanjaan sebagai pasar modern.

A.Paling Dicintai dan Dibenci

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أحب البلاد إلى الله مساجدها و أبغض البلاد إلى الله أسواقها

“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya...” (HR. Muslim: 671)

Perbanyak menghadiri tempat yang Allah cintai dan kurangi lokasi yang Allah benci.

B.Awal dan Akhir.

Bila pun memasuki pasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tuntunan,

لا تكونن إن استطعت أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها

"Janganlah engkau menjadi orang pertama kali masuk pasar, bila mampu, dan jangan juga menjadi orang yang terakhir keluar”

فإنها معركة الشيطان وبها ينصب رايته

sebab pasar merupakan arena pertempuran para syaitan. Dan padanya ditancapkan bendera…" (HR Muslim: 2451)

Bersegeralah keluar dari pasar apabila urusan telah selesai agar terlepas dari kedustaan, maksiat mata dan beragam kemungkaran lainnya.

Adapun bila memang aktivitas menggapai rizki kita adalah di pasar, maka perbanyaklah berdzikir dan beristighfar.

--------------

* Bila Sempat *

Beberapa hari bulan Sya'ban telah kita lewati. Ramadhan pun 'kan menjelang.

bila kemarin belum sempat...

hutang puasa, segera dibayar...
jangan abaikan juga dibiar...

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

“Hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi...” (HR. al-Bukhari: 1953, Muslim: 1148)

bila kemarin belum sempat...

mulailah berhitung kewajiban zakat...
biasanya penghujung ramadhan dijadikan saat yang tepat...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا
إِلاَّ إِذَا كاَنَ يَوْمُ اْلقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ

“Tidaklah pemilik emas maupun perak yang tidak membayar zakat melainkan kelak pada hari kiamat akan dibuatkan lempengan dari api untuknya, kemudian dipanaskan di neraka Jahanam dan disetrika dahi, lambung dan punggung dengan lempengan itu...” (HR. Muslim)

bila kemarin belum sempat...

tuntaskan jual beli di bulan ini...
agar ramadhan fokus berbenah diri...
tidak lagi kesibukan kirim barang kesana kemari...
hilanglah keutamaan bulan yang dinanti...

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah apabila datang bulan Ramadhan beliau meninggalkan manusia dan memfokuskan diri membaca Al-Qur’an.

Jangan sampai Ramadhan menghampiri...

Namun kita belum bersiap diri...

Yang ada hanyalah penyesalan sembari berucap:

"Bila saja masih diberi kesempatan..."

--------------

* Bila Tak Percaya, Belah Saja Dadanya *

Kita hanya berhak menghukumi yang dzhahir (nyata) dari seseorang.

Adapun isi hatinya, serahkan kepada Allah Ta'ala.

Sebagaimana kisah yang dialami Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu ia berkata,

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus kami dalam sebuah pasukan. Kami menyerang beberapa dusun dari kabilah Juhainah.

Tatkala aku telah berhadapan dengan seseorang (ia telah kalah dan hendak aku bunuh) lalu orang itu mengucapkan:
لا إله إلا الله

"Laa ilaaha illallah.."

Namun aku tetap menikamnya hingga mati.

Setelah itu rasa hatiku tidak enak.

Maka aku menceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أقال لا إله إلا الله وقتلته

“Apakah ia mengucapkan Laa ilaaha illallah lantas engkau tetap membunuhnya...?!”

Aku (Usamah) berkata,

يا رسول الله إنما قالها خوفا من السلاح

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkannya hanya sebab takut akan kibasan pedangku..!”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أفلا شققت عن قلبه حتى تعلم أقالها أم لا

“Mengapa engkau tidak membelah hatinya saja sehingga engkau pun dapat mengetahui apakah ia mengucapkannya sebab takut atau tidak...?!”

Usamah berkata,

فما زال يكررها علي حتى تمنيت أني أسلمت يومئذ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulang-ulang ucapan tersebut kepadaku hingga aku pun berangan-angan bila saja saat itu baru masuk Islam...” (HR Muslim: 1/96)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang perkataannya, tanda beliau mengingkari dengan pengingkaran yang keras.

Demikian menyesalnya Usamah radhiyallahu 'anhu sebab ia tetap membunuh orang itu hanya dengan dasar dugaan bahwa musuh mengucapkan "Laa ilaaha illallah" sebab takut kibasan pedang.

Hendaknya berlaku pula dalam pergaulan kita sehari-hari.

Hukumi seseorang dengan dzhahir yang nampak, tak perlu menyibukkan diri menduga isi hati.

Bila tak percaya, belah saja dadanya...

--------------

* Bismillah Itu Pembeda *

Saat hendak memulai suatu kebaikan kita akan membaca bismillah.

A. Hendak Makan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

"Wahai anak muda, bacalah “bismillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada terdekat di hadapanmu...” (HR. Bukhari: 5376, Muslim: 2022)

B. Akan Berhubungan Intim

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila salah seorang dari kalian hendak menggauli istrinya, dan membaca doa:

بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

"Bismillah (dengan menyebut Nama Allah),

Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan agar tidak mengganggu apa yang Engkau rizkikan kepada kami (anak)..."

Apabila ditakdirkan lahir anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan mampu membahayakan anak tersebut selamanya...” (HR. Bukhari: 141, Muslim: 1434)

Demikianlah ucapan "bismillah" dalam setiap perbuatan baik..

Maka tidak pernah kita lihat seorang yang akan berzina membaca "bismillah..."

Juga...

Belum pernah kita temui seorang yang akan mengunjungi tempat kemaksiatan atau memulai kejahatan, terlebih dahulu membaca "bismillah..."

Dan..

Belum pernah pula kita dengar seorang yang hendak merokok terlebih dahulu membaca "bismillah..."

Ternyata memang benar, ucapan "bismillah" itu memang pembeda.

---------------

* Boleh Dibeli Waktunya...?! *

Ada orang yang merasa kehabisan waktu, berlalu sedemikian cepat.

Ada pula yang bingung cara menghabiskan waktu.

A. Kelebihan Waktu (Nganggur)

Suatu ketika di hari raya, al-Qadhi Syuraih keluar menuju sekelompok penenun kain yang sedang bermain.

Tatkala al-Qadhi bertanya, "Mengapa kalian bermain..?"

Mereka menjawab, "Kami sedang mengisi waktu luang.."

Al-Qadhi kemudian menasihati cara mengisi waktu luang seraya membaca firman Allah,

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَ إِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu hendaknya engkau berharap..." (QS al-Insyirah: 7-8)

Yahya bin Ma'in bertanya kepada gurunya sembari berjalan karena takut tidak sempat mencatat saat gurunya mengambil kitab (Asy-Syama'il lit-Tirmidzi: 60)

Lihatlah...

Bila saja waktu luang kita dijual, niscaya para ahli ilmu akan berucap,

"Boleh dibeli waktunya...?!"

B. Kekurangan Waktu (Sibuk)

Sebagaimana pun sibuknya kita, jangan sampai tiada waktu bercengkrama dengan keluarga, terutama anak.

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ

“Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, dirimu memiliki hak atasmu, dan keluarga pun ada hak atas dirimu, maka berikan hak kepada setiap yang memilikinya...” (HR al-Bukhari)

Oleh sebab itu,

Ketika di luar rumah kita telah lama meninggalkan keluarga. Maka saat berada di rumah, bercengkramalah bersama anak dan seluruh anggota keluarga.

Tak perlu membawa pekerjaan kantor ke rumah.

Jangan lagi sibuk "memijit-mijit" benda kecil dalam genggaman (baca: hp) sembari senyum sendirian.

Sungguh miris tatkala saking inginnya bercengrama dengan kita, sampai terucap dari lisan polos si kecil :

"Boleh dibeli waktunya...?!"

-------------

* Bolehkah berkurban atas diri orang lain yang telah meninggal dunia...? *

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullahu ta'ala menyebutkan rincian penjelasan ini (dalam kitab Ahkam Al-Udhhiyah wa Adz-Dzakah hal 18-19) sebagai berikut:

1. Apabila si mayit merupakan bagian dari yang masih hidup.

Sebagaimana apabila seseorang berkurban atas dirinya dan seluruh keluarganya (padahal di antara mereka ada yang telah meninggal dunia). Hal ini dibenarkan sebab Nabi shallallahu'alaihi wasallam berkurban dan bersabda,

“Ya Allah, (kurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad”

(Shahih, HR. Ibnu Majah no: 3122 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

2. Menyembelih kurban atas diri mayit secara khusus sebagai wujud sedekah baginya.

Para Ulama Hanabilah membenarkannya, namun sebagian yang lain tidak membenarkannya kecuali bilamana ia sempat berwasiat sebelum wafatnya.

Dan merupakan KEKELIRUAN besar bilamana yang masih hidup memperhatikan kurban atas diri yang telah wafat tapi mereka mengabaikan ibadah ini atas diri mereka sendiri.

3. Menyembelih kurban atas diri mayit dengan dorongan wasiatnya sebelum wafat.

Wasiat semacam ini harus diwujudkan sebagaimana diwasiatkan tanpa ditambahkan maupun dikurangi.

Wallahu a'lam bishshawab..

Sumber:

"Meraih Bahagia di Dua Bulan Mulia, Ramadhan Dan Dzulijjah"

Buku Gratis, dibagikan cuma-cuma.

buah pena: Ust Rizal Yuliar, Lc (alumnus Univ Islam Madinah, jurusan hadits)

------------

* BOROS (Tabdzir) *

Merupakan perilaku yang selayaknya dijauhi seorang mukmin. Baik dia memiliki harta, terlebih lagi bila tak punya.

A. Teman Setan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kalian menghambur-hamburkan (harta) secara boros.
Sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara setan...” (QS. Al-Isra’: 26-27).

B. Diantara Pengertian Boros.

Mujahid rahimahullah berkata,

“Apabila seseorang mengeluarkan seluruh hartanya pada jalan yang benar, bukanlah dikatakan boros.

Namun jika ia menginfakkan satu mud (ukuran telapak tangan) saja pada jalan yang salah, maka itulah yang disebut pemborosan...”
(Tafsir Ibnu Katsir)

Bijaklah di akhir Ramadhan dan jelang Hari Raya, waspadai sikap boros dalam membelanjakan harta.

Pakaian akan lapuk.
Perabotan akan usang..
Sedekah di jalan Allah saja yang tak akan lekang...

Bukankah dalam perkara harta di tanya dua hal; diperoleh darimana dan dihabiskan kemana..?

-------------

* Buang Dengki Sebelum Tidur *

Diantara surat yang dianjurkan dibaca sebelum tidur adalah surat al-Falaq.

Di ayat terakhir berbunyi:

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” (QS Al-Falaq: 5)

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

"Hasad (dengki) adalah benci kepada orang lain karena mendapat nikmat Allah.

Bisa berupa harta, kedudukan, ilmu, dan lainnya. Keadaan ini menyesakkan dada si pendengki..."

Kita pun harus menghilangkan seluruh iri dengki yang sempat timbul di hari ini.

'tak ada gunanya mendengki, sebab seluruh rizki sudah diatur dan dibagi.

Mari tidur dalam keadaan dada lapang, pikiran tenang.

Jangan ajak dengki mengusik tidur indah kita...

---------------

* Bukan Harta Dan Tahta *

Tujuan seruan dakwah setiap orang bisa berbeda-beda. Apa sesungguhnya yang hendak dicapai..?

A. Tawaran Quraisy.

“Disaat bertemu dua pasukan, kafir Quraisy dengan kaum muslimin, terjadilah negosiasi. ‘Utbah bin Rabi’ah selaku utusan Quraisy berkata:

“Wahai anak saudaraku (keponakan), bila engkau menghendaki dari apa yang kau lakukan ini adalah harta benda, maka akan kami kumpulkan untukmu seluruh harta orang-orang Quraisy, sehingga engkau menjadi orang paling kaya dari kami.

Dan jika yang engkau kehendaki ialah kedudukan, maka akan kami jadikan engkau sebagai pemimpin kami, hingga kami tidak akan pernah memutuskan suatu perkara melainkan atas perintahmu.

Dan bila engkau menghendaki menjadi raja, maka akan kami jadikan engkau sebagai raja kami.."
(Sirah Ibnu Hisyam: 2/131, Dalail an-Nubuwah: 1/194, dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

... hingga akhirnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab tawaran utusan Quraisy ini dengan membacakan surat Fushshilat: 1-5

B. Lalu Apa Inti Dakwah Beliau..?

Sesungguhnya Tujuan Dakwah seluruh Nabi dan Rasul adalah sama.

Nabi Nuh ‘alaihis salam (QS. al-A’raaf: 59).

Nabi Hud ‘alaihis salam kepada kaum 'Aad (QS. al-A’raaf: 65)

Nabi Shalih ‘alaihis salam kepada kaum Tsamud (QS. al-A’raaf: 73)

Nabi Syu’aib ‘alaihis salam kaum Madyan (QS. al-A’raaf: 85)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada kaumnya (QS. al-Mumtahanah: 4)

Bahkan dakwah seluruh Rasul ‘alaihimussalam (QS. an-Nahl: 36)

Seruan mereka adalah satu, yaitu:
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

"Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tiada bagi kalian sesembahan selainNya...”

Mari kita menyeru sebagaimana seruan para Nabi.
Ayo kita memulai dakwah dengan inti dakwah yang Allah tetapkan.

Tauhid, prioritas pertama dan utama.
Mencegah pemiliknya dari korupsi, manipulasi, dusta dan perbuatan nista lainnya...

----------------

* Bukan Karena Banyak *

Indahnya bintang bukan karena jumlahnya yang banyak bertebaran...

Tetapi, karena Allah telah menyatakan bahwa ia merupakan hiasan langit...

Allah Taa'la berfirman,

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang” (QS. Al-Mulk: 5)

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ

“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang” (QS. Ash-Shafaat: 6)

Baiknya amalan bukan disebabkan jumlahnya yang banyak dikerjakan..

Namun ia akan bermanfaat tatkala menjadi ibadah yang diterima Allah ta'ala...

Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا

“(Allah) Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapakah yang paling baik amalnya…” (QS. Al-Mulk: 2)

Disebutkan “ahsanu amala” (paling baik amalnya) bukan “aktsaru ‘amala” (paling banyak amalnya)

---------------------

* Bukan Kemiskinan *

Seringkali kita sangat mengkhawatirkan kemiskinan dan kefakiran menimpa.

Benarkah demikian...?

A. Banyak Di Surga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اطلعت في الجنة، فرأيت أكثر أهلها الفقراء

“Aku pernah melihat surga, maka aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang miskin...” (HR. al-Bukhari, Muslim)

B. Khawatir Dunia Terhampar.

Nabi 'alaihish shalatu wasallam bersabda,

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّيْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi, aku mengkhawatirkan dunia dihamparkan bagi kalian sebagaimana telah dihamparkan untuk kaum sebelum kalian.

Maka kalian akan saling berlomba mendapatkannya seperti umat sebelum kalian berlomba mendapatkannya.

Lalu kalian pun dibinasakan oleh dunia sebagaimana orang sebelum kalian telah dibinasakan olehnya..”
(HR al-Bukhari, Muslim)

Orang yang memiliki harta, mudah berbangga dan lupa diri. Seakan dunia telah dimiliki.

Hingga saat kebinasaan menghancurkan.

Mengingatkan kembali perkataan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata,

"Di dunia ini, setiap manusia adalah tamu dan harta bendanya adalah pinjaman.

Sedangkan tamu pasti kembali pulang dan harta pinjaman harus dikembalikan..." (Syu'abul Iman al-Baihaqi: 7/376)

----------------

* Bukan Lonceng, Bukan Terompet *

Adzan merupakan panggilan nan mulia penanda tiba waktu shalat.

Cara yang digunakan pun sangat mulia, tidak pernah ditemui di agama lain.

Dikisahkan dalam hadits yang shahih:

Dahulu tatkala kaum muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul dan memperkirakan waktu shalat, tanpa ada seorang pun yang menyerunya.

Hingga pada suatu hari, mereka membicarakan tentang hal tersebut.

Sebagian mereka berkata:

اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى

“Buatlah lonceng seperti lonceng Nashara..”

Sebagian yang lain berkata:

بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ

“Buatkan saja terompet semisal terompet Yahudi...”

Maka Umar berkata:

أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ

“Tidakkah kalian menyuruh seseorang untuk menyeru shalat...?”

Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ

”Wahai, Bilal.. berdiri dan serukanlah adzan untuk shalat...” (HR Al-Bukhari: 604, Muslim: 674)

Maka bersegeralah memenuhi panggilan kemenangan ini, wahai kaum Muslimin... Niscaya ketenangan dan kebahagiaan kalian peroleh...

--------------

* Bukan Pribadi STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan) *

Telah diketahui bahwa shalat dapat mencegah seseorang dari melakukan perbuatan buruk.

Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar” (QS. Al-Ankabut: 45).

Tatkala ada sahabat yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata,

“Didapati ada seseorang yang shalat di malam hari tetapi saat pagi hari ia mencuri. Bagaimana halnya demikian...?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ

“Sungguh shalatnya tersebut akan mencegah dari apa yang ia katakan (mencuri dan perbuatan buruk lainnya)...” (Shahih, HR. Ahmad: 2/447)

Lalu apa yang salah...?

Mungkin tidak terpenuhi rukun, syarat dan hukum-hukum shalat...

Bisa jadi hanya menunaikan shalat, bukan menegakkan shalat...

Sekedar gugur kewajiban, khusyu' tak lagi didapatkan...

Mari benahi shalat kita...
Jangan jadi pribadi STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan)...

--------------

* Bukan Pukulan Mencelakakan *

Termasuk bagian dalam mendidik adalah berupa pukulan.

Namun pukulan yang memberikan pengajaran, bukan pukulan yang mencelakakan.

A. Istri Membangkang.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ...

“Dan wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka...” (QS. An-Nisa’: 34).

B. Shalat Anak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْناَءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَْبْناَءُ عَشْرٍ..

"Perintahkanlah anak kalian untuk shalat tatkala umur mereka mencapai tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkan shalat setelah berumur sepuluh tahun..." (Shahih Abu Daud: 465, 466)

Asy-Syaikh al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang tua untuk memukul bukanlah dalam rangka menyakiti anak, namun agar mendidik dan meluruskan kesalahan..." (Syarh Riyadhush Shalihin: 2/124)

C. Jangan Di Wajah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi peringatan,

“Apabila salah seorang di antara kalian memukul, hindarilah (memukul) wajah...” (HR. al-Bukhari: 2559, Muslim: 2612)

Memukul wajah tanda amarah...
Apalagi bila dibarengi makian...

Padahal, pukulan yang diperbolehkan bukan untuk melukai. Tetapi agar jera tidak mengulangi...

Ketegasan tanpa kelembutan, yang tersisa hanyalah kekerasan...

---------------

* (bukan) Sehidup Semati *

Seakan bukti kesetiaan cinta..
Ada pasangan yang berharap, bisa sehidup semati selamanya...

Benarkah demikian adanya...?

A. Hanya Amal Yang Menemani.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Tiga perkara yang akan mengikuti mayat (ke kubur): keluarga, harta, dan amalnya.

Maka akan kembali dua dan menetap bersamanya satu.

Keluarga dan hartanya akan kembali (meninggalkannya) dan menetap bersamanya hanyalah amal...”

(HR. al-Bukhari, Muslim)

Dunia tak pernah setia, ia kembali saat kita di kubur nanti...

Termasuk suami/istri yang katanya mencintai sehidup semati...

Tak akan mau setia bersama menemani di kuburan kita nanti...

B. Bersama Di Surga.

Apabila terjadi perceraian atau sang suami meninggal kemudian istri menikah lagi, maka di surga kelak ia akan menjadi istri dari suami terakhir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“(di surga nanti) seorang wanita itu bagi suaminya yang terakhir...”

(Shahih, HR. ath-Thabrani, Shahihul Jami': 6691, Silsilah ash-Shahihah: 1281)

Karenanya sahabat Hudzaifah radhiyallahu 'anhu bertutur kepada istrinya tercinta,

“Apabila engkau ingin menjadi istriku di surga maka janganlah menikah lagi sepeninggalku. Karena wanita di surga diperuntukkan untuk suaminya terakhir saat di dunia..”

(Sunan al-Kubra lil Baihaqi: 13199)

Jadi...

Cinta itu bukan sehidup semati, tetapi hingga di surga nanti... Abadi...